Sabtu 17 Sep 2022 07:50 WIB

Penanaman Akhlak Bukan Perkara yang Mudah

Penanaman akhlak itu bukan sekadar melalui pembelajaran materi akhlak

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Santri pondok pesantren membawa Alquran saku (ilustrasi).
Foto: Antara
Santri pondok pesantren membawa Alquran saku (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) Ustaz Jeje Zaenudin menyampaikan, penanaman akhlak mulia kepada para santri bukan perkara yang mudah dan tidak selalu berjalan mulus. Sebab, banyak santri yang masuk pondok pesantren (ponpes) dengan berbagai latar belakang pengalaman sekolah dan juga pergaulan yang buruk.

"Sehingga orangtuanya memasukkan ke pesantren dengan harapan bisa berubah jadi anak shaleh. Di sini masalahnya, seakan pesan tren adalah bengkel akhlak. Jika sudah nakal, dimasukkan ke pesantren dan ketika berbuat buruk, terjadi ka sus keburukan di pesantren, yang terkena nama buruknya juga tentu pe santren," ujarnya.

Baca Juga

Dalam mengontrol akhlak mulia santri, di setiap ponpes pasti ada aturan dan sanksi ketat atas pelanggaran. Setiap hal yang bisa membawa dampak buruk pada akhlak santri pasti tidak diperbolehkan. Seperti membawa gadget, terlebih memainkannya.

Menurut Ustaz Jeje, tantangan menjaga kualitas akhlak santri semakin terasa berat karena beberapa hal. Di antaranya; semakin banyaknya jumlah santri di ponpes; latar belakang keluarga dan lingkungan sebelumnya yang be ragam;perangkat teknologi yang mudah diakses; semakin disibukkannya para pengelola dan pendidik di pon pes dengan berbagai kelengkapan administratif sebagai konsekuensi regulasi pemerintah dan tuntutan modernisasi lembaga pesantren;dan kesibukan lain dari para kiai dan asatizahnya.

Karena itu, Ustaz Jeje menekankan, sebenarnya yang paling pertama bertanggungjawab atas pendidikan dan penerapan akhlak mulia itu adalah orangtuanya sendiri di dalam keluarga. Ponpes hanya menerima amanah tanggung jawab selama masa studinya anak.

"Orang tua tidak bisa otomatis melepaskan tanggung jawab dan menyerahkan sepenuhnya kepada pesantren. Tetap wajib memantau, mengontrol, mengevaluasi, dan memperbaikinya di dalam keluarga," ujarnya.

Di dunia pendidikan ponpes, sejatinya dan intinya penanaman akhlak itu bukan sekadar melalui pembelajaran materi akhlak di ruang ke las. Tetapi melalui penerapan budi pekerti dan adab-adab mulia dalam pergaulan langsung an tara guru dengan murid, murid dengan murid, guru dengan guru, dan dengan masyarakat sekitarnya.

Penerapan akhlak mulia melalui praktik dalam pergaulan keseharian itu melahirkan adab kesopanan pribadi berupa perilaku ikhlas, sabar, tekun, mandiri, dan kesederhanaan. Termasuk juga adab pergaulan, adab menuntut ilmu, dan kesopanan-kesopanan lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement