Sabtu 17 Sep 2022 12:33 WIB

Kasus Pertama Cacar Monyet di China Ditemukan di Chongqing

Seorang pasien menunjukkan gejala ruam saat dikarantina atas dugaan Covid-19.

 Seorang pekerja medis dengan alat pelindung menunggu untuk melakukan tes COVID-19 di lokasi pengujian virus corona di dekat tempat Pameran Layanan Internasional China (CIFTIS) di Beijing, Rabu, 31 Agustus 2022. Kasus pertama cacar monyet atau monkeypoxdi China ditemukan di Kota Chongqing, Jumat (16/9/2022), yang diidentfikasi sebagai kasus impor.
Foto: AP/Andy Wong
Seorang pekerja medis dengan alat pelindung menunggu untuk melakukan tes COVID-19 di lokasi pengujian virus corona di dekat tempat Pameran Layanan Internasional China (CIFTIS) di Beijing, Rabu, 31 Agustus 2022. Kasus pertama cacar monyet atau monkeypoxdi China ditemukan di Kota Chongqing, Jumat (16/9/2022), yang diidentfikasi sebagai kasus impor.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kasus pertama cacar monyet atau monkeypoxdi China ditemukan di Kota Chongqing, Jumat (16/9/2022), yang diidentfikasi sebagai kasus impor. Seorang pasien menunjukkan gejala mencurigakan, seperti ruam, saat dikarantina atas dugaan COVID-19, demikian Komisi Kesehatan Kota Chongqing.

Tes PCR pasien tersebut negatif COVID-19. Namun positif cacar monyet sebagaimana hasil tes dan diagnosis yang diverifikasi pakar kesehatan tingkat lokal dan nasional.

Baca Juga

Komisi Kesehatan Chongqing mengungkapkan bahwa kesehatan pasien di rumah sakit rujukan dalam kondisi stabil. Sejumlah kontak dekat yang berhasil dilacak sedang diisolasi untuk observasi medis sebagaimana diberitakan media setempat, Sabtu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli 2022 mengumumkan merebaknya cacar monyet harus menjadi perhatian komunitas global setelah beberapa kasus ditemukan di sejumlah negara, seperti Eropa dan Amerika Serikat. Otoritas kesehatan China memformulasikan tata cara diagnosis, perawatan, pencegahan, dan pengendalian.

Hong Kong melaporkan kasus cacar monyet pertamanya pada 6 September lalu yang menimpa seseorang yang baru melakukan perjalanan dari Filipina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement