REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Seorang anak laki-laki Rohingya berusia 15 tahun tewas ketika mortir yang ditembakkan dari Myanmar meledak di Bangladesh. Selain ia yang tewas, enam orang lainnya terluka dalam serangkaian insiden kekerasan oleh para pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Seorang pemimpin Rohingya di tanah tak bertuan, Dil Mohammed mengatakan, remaja laki-laki itu tewas pada Jumat (17/9/2022). Dil Mohammad tinggal di sebidang tanah di sepanjang perbatasan Myanmar-Bangladesh dan diperkirakan 4.000 orang Rohingya tinggal.
"Kami hidup di sini dalam ketakutan terus-menerus. Kapan saja bencana apa pun bisa terjadi," kata Mohammed.
Protes keras akan diajukan ke Myanmar atas insiden tersebut. Bangladesh bulan ini mengeluarkan pernyataan yang menyatakan keprihatinan mendalam atas jatuhnya mortir di dalam wilayah Bangladesh, tembakan udara tanpa pandang bulu dari Myanmar di daerah perbatasan, dan pelanggaran wilayah udara dari Myanmar.
Utusan Myanmar di Dhaka telah dipanggil tiga kali dalam beberapa pekan terakhir agar kekhawatiran itu bisa tersampaikan. Lebih dari satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp di Bangladesh selatan yang terdiri dari pemukiman pengungsi terbesar di dunia, sebagian besar telah melarikan diri dari Myanmar selama penumpasan militer pada 2017.
Rohingya telah terperangkap dalam baku tembak antara militer Myanmar dan Tentara Arakan, sebuah kelompok bersenjata yang berjuang untuk penentuan nasib sendiri bagi etnis minoritas di negara bagian Rakhine.