REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi yang dilakukan peneliti Italia menunjukkan produk susu (terutama yang rendah lemak dan yoghurt) dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena diabetes tipe 2. Sebaliknya, daging merah dan daging olahan dikaitkan dengan risiko T2D yang lebih tinggi.
Diabetes tipe 2 adalah bentuk paling umum dari diabetes. Kondisi ini terjadi ketika pankreas tidak dapat membuat cukup insulin, atau insulin yang dibuatnya tidak bekerja dengan baik.
Kelebihan berat badan adalah faktor risiko utama dan kasus diabetes tipe 2 diproyeksikan meningkat. Karena itu, pedoman diet yang ada untuk pencegahan diabetes tipe 2 merekomendasikan Anda untuk mengonsumsi makanan nabati tertentu seperti biji-bijian, sayuran, buah, kacang-kacangan dan minyak zaitun.
Pedoman tersebut juga menyarankan untuk batasi konsumsi sebagian besar produk hewani. Namun, tidak semua sumber protein hewani memiliki nutrisi yang sama.
Ada peningkatan "substansial" dalam risiko diabetes tipe 2 dengan konsumsi 100 gram per hari dari total daging (20 persen) dan 100 gram per hari daging merah (22 persen) dan dengan 50 gram per hari dari daging olahan (30 persen). Sedangkan 50 gram per hari daging putih dikaitkan dengan peningkatan risiko yang lebih kecil (empat persen).
“Ada beberapa alasan potensial untuk ini. Misalnya, daging merah dan daging olahan merupakan sumber komponen penting seperti asam lemak jenuh, kolesterol, dan zat besi, yang semuanya diketahui memicu peradangan kronis tingkat rendah dan stres oksidatif, yang, pada gilirannya, dapat mengurangi sensitivitas sel terhadap insulin," ujar dr Annalisa Giosu dari Universitas Naples Federico II seperti dilansir laman Express, Sabtu (17/9/2022).
Daging olahan juga mengandung nitrit dan natrium yang dapat merusak sel pankreas penghasil insulin. Sementara itu, daging putih memiliki kandungan lemak yang lebih rendah, profil asam lemak yang lebih baik, dan jumlah zat besi yang lebih rendah.
Produk susu dan turunannya dinilai dapat melindungi diri terhadap diabetes tipe 2 atau memiliki hubungan netral dengan perkembangan kondisi tersebut. Susu (200 gram per hari) dikaitkan dengan 10 persen pengurangan risiko diabetes tipe 2. Yoghurt (100 gram per hari) dikaitkan dengan enam persen pengurangan risiko. Keju (30 gram per hari) dan susu penuh lemak (200 gram per hari) ditemukan tidak berpengaruh pada risiko diabetes tipe 2.
“Produk susu kaya akan nutrisi, vitamin, dan senyawa bioaktif lainnya yang dapat memengaruhi metabolisme glukosa, pemrosesan gula oleh tubuh. Misalnya, protein whey dalam susu diketahui memodulasi kenaikan kadar gula darah setelah makan," ujar dr Giosu.
"Probiotik juga diketahui memberikan efek menguntungkan pada metabolisme glukosa, yang mungkin menjelaskan mengapa kami menemukan bahwa konsumsi yogurt secara teratur dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2," kata dia lagi.
Dr Giosu menyebut, meskipun hasilnya menunjukkan produk susu rendah lemak lebih bermanfaat dibandingkan produk susu penuh lemak, temuan tersebut harus disikapi dengan hati-hati karena ukuran kecil dari pengurangan risiko. Temuan ini akan dipresentasikan minggu depan pada pertemuan tahunan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes (EASD) di Stockholm, Swedia.