REPUBLIKA.CO.ID, SAMARKAND -- Presiden Vladimir Putin membantah Rusia ada hubungannya dengan krisis energi Eropa. Dia mengatakan bahwa jika Uni Eropa menginginkan lebih banyak gas, mereka harus mencabut sanksi yang mencegah pembukaan pipa Nord Stream 2.
"Intinya, jika Anda memiliki dorongan, jika itu sangat sulit bagi Anda, cabut saja sanksi pada Nord Stream 2, yaitu 55 miliar meter kubik gas per tahun, tekan saja tombolnya dan semuanya akan berjalan," kata Putin.
Berbicara kepada wartawan setelah KTT Shanghai Cooperation Organisation (SCO) di Uzbekistan pada Jumat (16/9/2022), Putin menyalahkan agenda hijau atas krisis energi. Dia bersikeras bahwa Moskow akan memenuhi kewajiban energinya.
Nord Stream 2 yang terletak di dasar Laut Baltik itu dibangun setahun yang lalu. Namun Jerman memutuskan untuk tidak melanjutkannya hanya beberapa hari sebelum Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari.
Harga gas Eropa naik lebih dari dua kali lipat dari awal tahun di tengah penurunan pasokan Rusia. Lonjakan harga tahun ini telah menekan konsumen yang sudah berjuang dan memaksa beberapa industri untuk menghentikan produksi.
Eropa menuduh Rusia menempatkan pasokan energi sebagai pembalasan atas sanksi Barat yang dijatuhkan atas invasinya ke Ukraina. Rusia mengatakan, Barat telah melancarkan perang ekonomi dan sanksi telah menghambat operasi pipa Nord Stream 1.
Rusia telah memotong pasokan gas ke beberapa negara, termasuk Bulgaria dan Polandia, karena menolak untuk membayar dalam rubel daripada mata uang yang sesuai kontrak. Raksasa gas Rusia Gazprom juga mengatakan awal bulan ini, pipa Nord Stream 1 yang menjadi rute pasokan utama Eropa akan tetap ditutup karena turbin di stasiun kompresor mengalami kebocoran oli mesin. Masalah ini menyebabkan harga gas grosir melonjak.