REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menandatangani dekrit yang secara resmi mengubah nama ibu kota Kazakhstan dari Nur Sultan menjadi Astana pada Sabtu (17/9/2022). Menurut pernyataan yang dibuat oleh Kepresidenan Kazakhstan, Tokayev menyetujui undang-undang yang mempertimbangkan amandemen beberapa pasal Konstitusi.
Dalam dekrit tersebut juga memuat mandat presiden ditingkatkan dari lima tahun dalam satu periode jabatan menjadi tujuh tahun dan terbatas pada satu periode saja. Sejak ditandatangani, rancangan undang-undang yang disetujui parlemen sehari sebelumnya ini mulai berlaku.
Nama ibu kota diubah menjadi Nur-Sultan pada Maret 2019 oleh Tokayev. Dikutip dari Anadolu Agency, tindakan ini dilakukan untuk menghormati Presiden Nursultan Nazarbayev yang mengundurkan diri dari jabatannya.
Dikutip dari The Guardian, Nazarbayev memimpin negara itu selama tiga dekade di bawah Uni Soviet dan setelah memperoleh kemerdekaan pada 1991. Dia memindahkan ibu kota dari Almaty ke Astana pada 1997.
Pemindahan itu itu dipertanyakan secara luas karena isolasi kota yang relatif di stepa utara dan musim dingin yang terkenal sangat dingin dengan suhu turun serendah -51 derajat celcius. Dia menjadikan kota itu sebagai tempat pameran arsitektur yang mencolok, termasuk menara observasi dengan pengunjung dapat meletakkan tangan di cetakan Nazarbayev.
Setelah Nazarbayev mengundurkan diri, dia mempertahankan pengaruh besar sebagai kepala partai penguasa dan dewan keamanan wilayah. Namun Tokayev mencopotnya dari jabatan tersebut setelah kerusuhan mematikan pada Januari yang sebagian bergantung pada ketidakpuasan dengan kekuatan yang masih dipegang Nazarbayev.