REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 1.027 orang mengikuti tari kolosan Tari Merak Sadunya yang diselenggarakan di pelataran Gedung Sate, Kota Bandung, Ahad (18/9/2022). Bahkan, bukan hanya dilakukan secara offline di Kota Badung, sejumlah peserta juga mengikuti kegiatan ini secara daring (online) melalui kanal Youtube.
Kegiatan ini digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar dengan gabungan pegiat kemanusiaan dan komunitas seni dan budaya yakni Rumpun Indonesia, Pusat Bina Tari Bandung, Sasikirana KoreoLab & Dance Camp, serta Jabar Masagi.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, terkesan dengan adanya tari kolosal ini. Apalagi, kegiatan dihadiri ribuan orang bukan hanya warga Jabar, tapi juga ada perwakilan dari negara lain yang ikut serta secara online.
"Hari ini berbahagia kita merayakan tari merak yang sudah dinyatakan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, khususnya Tanah Sunda," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Emil menitipkan, agar para orang tua dan anak-anak bisa merawat warisan budaya yang luar biasa ini. Dengan raihan sebagai warisan dunia, ini menasbihkan bahwa Jawa Barat adalah provinsi yang juara dalam berbagai hal.
"Saya sangat bangga karena ini luar biasa. Ekonomi Jabar adalah juara, masyarakatnya juara, maka Jabar disebut juara lahir batin," kata Emil.
Sementara menurut Kepala Disparbud Jabar, Benny Bachtiar, mengatakan, tema 'Merak Sadunya' adalah simbol menjaga kerukunan dan membangun penghargaan terhadap keberagaman saudara sebangsa setanah air dengan merawat semangat gotong royong.
"Selain itu, kegiatan ini bagian dari sosialisasi dan promosi bahawa budaya sunda itu indah," katanya.
Pemerhati Budaya dari Rumpun Indonesia Marintan Sirait mengatakan, kegiatan ini bermaksud untuk mengajak perempuan lintas disiplin, lintas wilayah dengan beragam latar belakang, untuk menari bersama dengan narasi yang menunjukkan semangat persatuan, upaya pemajuan kebudayaan, dan membangun toleransi.
Menurut Marintan, Tari Merak merupakan simbol tepat yang merepresentasi kepedulian perempuan terhadap lingkungan, membangun semangat gotong royong bagi perempuan yang masih memiliki keterbatasan bersuara, dan dukungan terhadap gerakan inklusivisme.
"Melalui kerja sama lintas komunitas ini, kami meyakini bahwa pendekatan seni mampu membuka ruang ekspresi juga sekaligus menjadi jembatan untuk berpikir secara kritis mengenai persoalan sosial yang berkembang di Tanah Air dan dunia," paparnya.