REPUBLIKA.CO.ID, GUANGZHOU -- Para pelajar Indonesia mendapatkan materi pelatihan daring dari Kementerian Pendidikan China (MoE) selama menjalani masa karantina terpusat antipandemi Covid-19 di Guangzhou, Provinsi Guangdong.
"Ada empat materi pelatihan yang diberikan oleh MoE selama menjalani karantina di Guangzhou," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, Ahad (18/9/2022)
Ia menyebutkan keempat materi pelatihan tersebut meliputi Bahasa Mandarin, pengenalan budaya China, konseling, dan pendampingan pendidikan.
"Indonesia merupakan satu-satunya negara yang pelajarnya mendapatkan pelatihan langsung dari pihak MoE selama masa karantina," kata Yaya.
Sebanyak 124 pelajar Indonesia tiba di Guangzhou pada 7 September 2022 dengan menggunakan pesawat carter milik Citilink dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
Setibanya di Guangzhou, para pelajar tersebut menjalani karantina terpusat sebagaimana syarat wajib bagi pelaku perjalanan internasional yang baru memasuki wilayah China untuk mencegah penularan Covid-19.
Setelah menjalani karantina yang diperkirakan memakan waktu selama 10 hari, mereka baru diperbolehkan melanjutkan perjalanan ke kota-kota di China tempat mereka melanjutkan studi.
Sebanyak 124 pelajar tersebut merupakan gelombang pertama kedatangan dari Indonesia setelah diizinkan masuk kembali oleh otoritas China selama pandemi Covid-19.
Mulai tahun ini, China kembali membuka akses bagi pelajar asing dari berbagai negara secara bertahap.
Indonesia sedang mengajukan beberapa nama pelajar lainnya untuk bisa masuk ke China. Sebelum pandemi Covid-19, jumlah pelajar Indonesia diperkirakan mencapai angka 14.000 orang.
Saat wabah Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, pada Januari 2020, para pelajar Indonesia memilih pulang. Bahkan, para pelajar yang berada di Wuhan dievakuasi oleh pemerintah Indonesia menuju Natuna, Kepulauan Riau.
Sejak saat itu, otoritas China menutup akses para pelajar asing yang hendak kembali ke China.