Ahad 18 Sep 2022 17:45 WIB

Kasus DBD Turun 80 Persen, Dinkes: Masyarakat Tetap Waspada

Kasus DBD terbanyak memang terjadi pada Januari dengan 1.225 kasus.

Rep: dea alvi soraya/ Red: Hiru Muhammad
Fogging atau pengasapan untuk mencegah wabah DBD dilakukan di komplek Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (8/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Fogging atau pengasapan untuk mencegah wabah DBD dilakukan di komplek Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG—Dinas Kesehatan Kota Bandung meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bandung Ira Dewi Jani mengatakan, meskipun kasus DBD di Kota Bandung telah mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan saat awal tahun 2022, namun kewaspadaan harus tetap ditegakkan. 

“(turun) lumayan jauh ya kalau dibanding awal tahun, awal tahun itu kan sampai 1.225 kasus, di Januari 2022, kalau sekarang (Agustus/September) kita di angka 300-400, jadi alhamdulillah kan turun,” kata Ira saat dihubungi Republika, Ahad (18/9/2022).

Baca Juga

“Tapi kewaspadaan harus terus ditegakkan, karena DBD di Kota Bandung mah endemis, pasti setiap bulan ada kasus DBD-nya,” sambungnya. 

Dia menerangkan, kasus DBD terbanyak memang terjadi pada Januari dengan 1.225 kasus. Jumlah ini terus menurun mulai Februari menjadi 738 kasus, dan kembali berkurang menjadi 457 kasus di Maret. Namun angka kasus kembali merangkak naik di April, dengan 518 kasus, untungnya peningkatan ini tidak berlangsung lama dan dapat kembali menurun menjadi 445 kasus di Mei. 

“Juni itu hanya terdata 293 kasus, tapi Juli naik lagi jadi 306, lalu Agustus turun lagi jadi 214, sedangkan pekan awal September baru terdata 30 kasus,” jelas Ira. 

Dia mengingatkan, memasuki musim penghujan, masyarakat perlu memastikan kebersihan lingkungan dan tempat tinggal demi menghindari adanya tempat perindukan nyamuk aedes aegypti. Dia juga meminta masyarakat bersiap menangkal penyebaran wabah DBD dengan meningkatkan daya tahan tubuh.

“Selain DBD, kalau musim penghujan itu, biasanya rentan flu, influenza, infeksi saluran pernapasan bagian atas (ispa), terus juga diare itu yang harus diperhatikan. Jadi kalau musim perhujan memang dari kita nya sendiri harus selalu meningkatkan daya tahan tubuh kalau bisa PHBS nya terus ditingkatkan, terus juga kita lihat lingkungan takutnya ada genangan-genangan sumber peruindukan nyamuk,” himbau Ira. 

“Kalau hujannya deras khawatirnya banjir dan dapat mencemari sumber-sumber air kita ya, jadi memang dari orangnya, lingkungannya, untuk bisa tetap sehat, walaupun kita sudah masuk musim penghujan,” imbuhnya. 

Sebelumnya, Kota Bandung menjadi wilayah penyumbang kasus demam berdarah dengue (DBD) terbanyak di Jawa Barat selama 2022. Berdasarkan data dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, pada 2022 hingga tanggal 8 Juli, total kasus DBD di Jabar mencapai 21.208, dengan laporan kematian mencapai 179 kasus. Sepanjang 2022 ini, ada lima daerah yang menjadi penyumbang terbanyak kasus DBD di Jabar, yang dipimpin oleh Kota Bandung dengan 3.527 kasus. 

Disusul Kabupaten Bandung sebanyak 2.257 kasus, Kota Bekasi sebanyak 1.671 kasus, Kabupaten Sumedang sebanyak 1.283 kasus, dan, Kota Depok sebanyak 1.278 kasus. Sedangkan untuk laporan kematian tertinggi akibat DBD berasal dari Kabupaten Bandung dengan 26 kematian. Diikuti Kota Tasikmalaya sebanyak 17 kasus kematian, Kabupaten Sumedang sebanyak 13 kasus kematian. Dan, sebanyak 10 kasus kematian terjadi di empat daerah lainnya, yakni Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Karawang dan Kota Cimahi.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement