Selasa 20 Sep 2022 01:15 WIB

Tekanan Darahnya Tinggi, Kapan Seseorang Perlu Mulai Minum Obat Hipertensi?

Tidak semua orang yang tensinya tinggi perlu minum obat.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Hipertensi (ilustrasi). Banyak orang dengan tekanan darah tinggi ternyata tidak perlu langsung meminum obat.
Foto: www.freepik.com.
Hipertensi (ilustrasi). Banyak orang dengan tekanan darah tinggi ternyata tidak perlu langsung meminum obat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika tekanan darah Anda mulai merangkak naik, sebaiknya jangan sembarang minum obat. Banyak orang dengan tekanan darah tinggi ternyata tidak perlu langsung meminum obat.

Seberapa tinggi tekanan darah dan kondisi kesehatan seseorang menjadi faktor penentu. Usia pun juga berperan apakah seseorang harus mulai minum obat atau belum.

Baca Juga

Kemungkinan penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia, risiko efek samping dari obat tekanan darah seperti pusing dan jatuh, juga bisa menjadi lebih serius. Itulah sebabnya pemberian obat perlu dipertimbangkan manfaat dan risikonya.

Jika seseorang berusia 80 tahun atau lebih dan memiliki tekanan darah tinggi, mungkin dokter menunda pengobatan untuk melindunginya dari efek samping. Dokter bisa mengetahui kapan perubahan gaya hidup seseorang sudah cukup membantu dan kapan seseorang perlu mendapat resep obat.

Langkah pertama adalah melihat angka tensi. Tekanan darah selalu ditampilkan dengan angka atas dan bawah. Angka atas merupakan tekanan darah ketika jantung meremas. Angka bawah merupakan ketika jantung rileks.

Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80. Jika salah satu atau kedua angka tersebut lebih tinggi, artinya ada terlalu banyak tekanan di arteri.

Ini seperti ban yang dipompa dengan terlalu banyak udara. Seiring waktu, tekanan ekstra dapat menyebabkan kerusakan.

Kerusakan itu dapat meningkatkan kemungkinan penyakit jantung, strok, dan ginjal. Jadi pada rentang tekanan darah berapa yang harus diturunkan ketika tensi meningkat? Angka 120 hingga 129/kurang dari 80 (ditinggikan), mungkin tidak memerlukan obat.

Tekanan darah lebih tinggi dari yang diinginkan, tetapi tidak sepenuhnya pada tekanan darah tinggi. Kecuali jika seseorang juga memiliki kondisi kesehatan lain, seperti penyakit ginjal atau masalah jantung, kemungkinan dokter akan mengatakan bahwa seseorang tidak memerlukan obat.

photo
Gejala hipertensi - (Republika)

Tapi jika tekanan darah meningkat, jangan diabaikan. Seseorang yang berada di jalan menuju tekanan darah tinggi harus membuat beberapa perubahan pada gaya hidup. Kurangi garam dan jauhi alkohol, perbanyak berolahraga, dan turunkan berat badan jika kelebihan berat badan.

Angka 130/80 hingga 139/89 adalah hipertensi stadium 1, mungkin seseorang memerlukan pengobatan. Angka itu memenuhi syarat sebagai tekanan darah tinggi dan perlu segera ditindak.

Tetapi dokter mungkin akan menyarankan agar seseorang mencoba mengubah gaya hidup dulu sebelum menyarankan obat, kecuali jika ada masalah kesehatan lainnya. Satu hal juga yang perlu diingat, pedoman juga akan berbeda untuk orang tua.

Jika Anda berusia 60 tahun atau lebih, American College of Physicians dan American Academy of Family Physicians merekomendasikan untuk memulai pengobatan jika angka tekanan darah tertinggi memcapai 130 atau lebih tinggi. Angka 140/90 atau lebih tinggi (hipertensi stadium 2).

Pada tingkat ini, kemungkinan dokter akan meresepkan obat untuk mengendalikan tekanan darah. Pada saat yang sama, juga perlu melakukan perubahan gaya hidup.

Jika seseorang pernah mencapai tekanan darah 180/120 atau lebih, itu adalah keadaan darurat. Maka memerlukan bantuan medis sesegera mungkin untuk mengendalikannya.

Tekanan darah tinggi meningkatkan peluang terkena serangan jantung atau strok. Jika seseorang memiliki masalah medis lainnya, seperti kolesterol tinggi, diabetes, atau penyakit jantung, dokter akan lebih cepat merekomendasikan obat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement