Selasa 20 Sep 2022 07:00 WIB

Risiko Anak Terkena Asma Lebih Besar Apabila Ayah Terpapar Asap Rokok Sejak Kecil

Risiko asma pada anak jadi lebih tinggi ketika sang ayah juga merokok.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Risiko asma pada anak jadi lebih tinggi ketika sang ayah juga merokok.
Foto: www.hippopx.com
Risiko asma pada anak jadi lebih tinggi ketika sang ayah juga merokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak lebih mungkin terkena asma jika ayah mereka terpapar asap rokok ketika dia masih kecil, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam European Respiratory Journal. Dipimpin oleh peneliti University of Melbourne, Jiacheng Liu dan Dr Dinh Bui, penelitian ini juga menunjukkan bahwa risiko asma anak-anak bahkan lebih tinggi jika ayah mereka terpapar asap rokok dan kemudian menjadi perokok.

Studi ini didasarkan pada data dari Tasmanian Longitudinal Health Study (TAHS), yang dipimpin oleh Profesor Shyamali Dharmage dari Universitas Melbourne, salah satu studi pernapasan terbesar dan terpanjang di dunia, yang dimulai pada tahun 1968. Untuk studi ini, para peneliti mengamati 1.689 anak-anak yang dibesarkan di Tasmania, bersama ayah mereka dan kakek-nenek dari pihak ayah.

Baca Juga

Tim membandingkan data apakah anak-anak menderita asma pada usia tujuh tahun dengan data apakah ayah tumbuh dengan orang tua yang merokok ketika mereka berusia di bawah 15 tahun. Mereka juga memasukkan data apakah ayah masih aktif atau dulunya perokok.

"Kami menemukan bahwa risiko asma non-alergi pada anak-anak meningkat sebesar 59 persen jika ayah mereka terpapar asap rokok di masa kanak-kanak, dibandingkan dengan anak-anak yang ayahnya tidak terpapar," kata Liu, dikutip Labonline, Selasa (20/9/2022).

Risikonya bahkan lebih tinggi, yaitu 72 persen, jika para ayah terpapar asap rokok dan terus merokok sendiri. Bui mengatakan temuan menunjukkan bagaimana kerusakan yang disebabkan oleh merokok dapat berdampak tidak hanya pada perokok, tetapi juga anak dan cucu mereka.

Risiko dapat diturunkan pada cucu mereka bahkan jika anak mereka menghindari merokok. Sementara para peneliti tidak dapat memastikan bagaimana kerusakan ini diturunkan dari generasi ke generasi, Dharmage mengatakan mereka pikir itu mungkin berkaitan dengan perubahan epigenetik.

“Di sinilah faktor-faktor di lingkungan kita, seperti asap tembakau, berinteraksi dengan gen kita untuk mengubah ekspresinya. Perubahan ini dapat diwariskan tetapi mungkin sebagian dapat dibalik untuk setiap generasi,” katanya.

Ada kemungkinan asap tembakau menciptakan perubahan epigenetik dalam sel yang akan terus memproduksi sperma ketika anak laki-laki tumbuh dewasa. Perubahan ini kemudian dapat diturunkan kepada anak-anak mereka.

Para peneliti sekarang akan menyelidiki apakah peningkatan risiko asma berlanjut hingga kehidupan dewasa. Lalu apakah ayah yang terpapar asap rokok saat anak-anak, menularkan peningkatan alergi atau penyakit paru-paru lainnya kepada anak-anak mereka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement