REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan, sebuah perusahaan militer swasta Rusia, Grup Wagner, berusaha merekrut lebih dari 1.500 tahanan yang dihukum untuk ambil bagian dalam perang Rusia di Ukraina. Tetapi banyak yang menolak untuk bergabung.
"Informasi kami menunjukkan bahwa Wagner telah menderita kerugian besar di Ukraina, terutama di kalangan pejuang muda dan tidak berpengalaman," kata pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim.
Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi pada Grup Wagner dan menuduhnya melakukan operasi klandestin atas nama Kremlin. Presiden Vladimir Putin mengatakan kelompok itu tidak mewakili negara Rusia. Tetapi kontraktor militer swasta memiliki hak untuk bekerja di mana saja di dunia selama mereka tidak melanggar hukum Rusia.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Yevgeny Prigozhin, yang terkait dengan Grup Wagner, mencoba merekrut tahanan. Video itu menunjukkan Prigozhin berusaha merekrut tahanan Rusia serta orang Tajik, Belarusia, dan Armenia. Namun Reuters belum secara independen memverifikasi video media sosial tersebut.
Pejuang Grup Wagner telah dituduh oleh kelompok hak asasi dan pemerintah Ukraina melakukan kejahatan perang di Suriah dan Ukraina timur mulai 2014 dan seterusnya. Pada Juli, intelijen militer Inggris mengatakan, Rusia telah menggunakan Wagner untuk memperkuat pasukan garis depan dalam konflik Ukraina. Pentagon bulan lalu mengatakan, Rusia telah menderita antara 70.000 dan 80.000 korban, baik terbunuh atau terluka sejak invasi ke Ukraina dimulai.