Selasa 20 Sep 2022 12:36 WIB

Efek Mengejutkan dari Rutin Olahraga

Sudah banyak penelitian yang buktikan manfaat olahraga.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sudah banyak penelitian yang buktikan manfaat olahraga.
Foto: www.freepik.com.
Sudah banyak penelitian yang buktikan manfaat olahraga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat olahraga, mulai dari melawan depresi, memerangi demensia, hingga meningkatkan daya ingat. Studi baru memberi tambahan wawasan mengenai dampak jangka panjang olahraga bagi kesehatan mental.

Riset digagas para ilmuwan di Dartmouth College, Amerika Serikat, yang berusaha memperluas studi tentang efek jangka panjang olahraga pada fungsi otak dan kesehatan mental. Tim meninjau data dari 113 pengguna perangkat kesehatan Fitbit selama periode 12 bulan.

Baca Juga

Hal tersebut menjadi pembeda studi terbaru dengan penelitian yang sudah ada. Lazimnya, riset yang meneliti efek olahraga hanya berlangsung selama beberapa hari atau pekan. Sementara, studi terbaru menganalisis data peserta sepanjang tahun.

Peserta studi juga diminta menjawab pertanyaan tentang kesehatan mental dan melakukan tes memori. Peninjauan data kebugaran termasuk penghitungan langkah harian, detak jantung rata-rata, dan berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk berolahraga memengaruhi zona detak jantung berbeda.  

Tes memori yang diikuti peserta dirancang untuk menguji secara individual kemampuan mengingat peristiwa autobiografi, lokasi, dan hubungan antara konsep dan ingatan lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara olahraga dan kesehatan otak sangat rumit.

Semula, para peneliti berharap menemukan tren positif umum antara aktivitas fisik yang lebih tinggi dan memori dan kesehatan mental. Namun, rupanya tidak sesederhana itu. Sebagai contoh, latihan intensitas rendah membawa perbaikan pada tugas memori tertentu.

Akan tetapi, latihan intensitas tinggi membawa perbaikan khusus untuk aspek yang lain. Lebih mengejutkan lagi, mereka yang melakukan lebih banyak latihan intensitas tinggi melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi.  Sementara, peserta yang melakukan latihan intensitas rendah melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah.

"Kesehatan mental dan ingatan adalah pusat dari hampir semua yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Studi kami mencoba membangun fondasi untuk memahami bagaimana intensitas latihan fisik yang berbeda memengaruhi berbagai aspek kesehatan mental dan kognitif," kata penulis utama studi, Jeremy Manning.

Hasil penelitian sudah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports. Meskipun penelitian tidak mengungkap efek kausal apa pun, para ilmuwan percaya bahwa riset lebih lanjut dapat mengarah pada alat baru yang menarik untuk mengelola kesehatan kognitif. 

Manning mengibaratkan itu sama seperti ketika seseorang melakukan latihan tertentu di gym untuk memperkuat kelompok otot tertentu. Ada kemungkinan butuh program latihan khusus yang dirancang untuk menjaga kecemasan, atau meningkatkan kemampuan pembelajaran dan memori.

Ketika menyangkut aktivitas fisik, memori, dan kesehatan mental, ada dinamika yang sangat rumit. Menurut Manning, keterkaitan tersebut tidak dapat diringkas dalam kalimat tunggal seperti 'berjalan kaki meningkatkan memori' atau 'stres berimbas buruk pada ingatan'.

"Sebaliknya, bentuk spesifik aktivitas fisik dan aspek kesehatan mental tertentu tampaknya memengaruhi setiap aspek memori secara berbeda," ujar Manning, dikutip dari laman New Atlas, Selasa (20/9/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement