REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak, segenap pihak memperkuat upaya merawat Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Salah satu caranya, Kemendikbudristek menggandeng Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi untuk mengadakan Festival Kampung Senaung 2022.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Sjamsul Hadi menyebut, ada sejumlah atraksi budaya yang ditunjukkan dalam Festival Kampung Senanung 2022. Yaitu arak-arakan, persembahan kesenian tari tabur kunyit, kompangan.
Kemudian ada Sedekah Payo menjadi tradisi yang diwarisi turun temurun sejak masa Kesultanan Jambi. Sedekah Payo biasanya digelar menjelang masa tanam ataupun masa panen dengan bekarang Ikan atau menangkap ikan bersama-sama.
Ikan biasanya dipelihara di rawa-rawa atau dibudidayakan di empang. Ikan yang ditangkap biasanya ikan betok, ikan wan, ikan gabus dan toman. Biasanya dibakar. Warga, tua muda dan anak kecil tumplek blek di lokasi bekarang ikan.
"Sejatinya, kebudayaan hadir akibat hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk itu, semangat merawat Sungai Batanghari harus terus kuat layaknya kemeriahan festival budaya di DAS Batanghari," kata Sjamsul dalam keterangan pers pada Selasa (20/9).
Sjamsul meyakini, Festival Kampung Senaung akan memperkuat kebudayaan akuatik Melayu. Apalagi festival tersebut adalah bagian dari rangkaian Kenduri Swarnabhumi yang bertujuan menyebarluaskan kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat Melayu di DAS Batang Hari.
"Ini sebagai common identity pada daerah yang masuk dalam DAS Batang Hari, salah satunya Kabupaten Muaro Jambi," ujar Sjamsul.
Sementara itu, Kepala Desa Senaung, Bustami menjelaskan, Festival Senaung menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan masyarakat sebagai bentuk merawat tradisi nenek moyang. Tradisi adat yang ada di Kampung Senaung juga dimaksudnya menjaga tali silaturahmi dan semangat gotong royong.
"Ini semua tradisi nenek moyang kami, seperti sedekah payo dan bekarang dan sejak desa ini ada dan terbentuk, tradisi budaya yang harus dijaga kelestariannya di Desa Senaung, Muaro Jambi," kata Bustami.
Bustami menyebut, rangkaian Sedekah Payo kemudian dilanjutkan pembacaan ayat-ayat Suci Alquran, Qasidah Burdah dan rangkaian doa yang dipimpin oleh 6 datuk tetua adat desa senaung. Dalam doa tersebut, ada juga yang berbahasa lokal setempat.
Qasidah Burdah merupakan ritual desa sejak masa Kesultanan Jambi. Bustami menuturkan pembacaan burdah adalah sarana memohon pada Allah SWT agar hasil panen tahun mendatang akan melimpah dan mendatangkan keberkahan.
"Setiap tahun kami munajat pada Allah SWT. Tentang apa yang di hajat kan warga Senaung. Rezeki, panjang umur, menjaga agar kampung terhindar dari bencana dan lain sebagainya," ucap Bustami.
Sebelumnya, tim Ekspedisi Batanghari tiba lapangan Desa Senaung dengan disambut meriah oleh warga desa dan tokoh setempat lewat Tarian Tabur Beras Kunyit. Tarian khas Muaro Jambi ini dibawakan oleh 6 orang siswi SMA Muaro Jambi dengan balutan pakaian adat Jambi. Yakni kebaya dengan nuansa merah berpolet emas dan diiringi oleh alat musik pukul rebana.
Tarian Tabur Beras Kunyit konon sudah dilestarikan sejak masa Kesultanan Jambi sekitar abad 19. Pelatih tim tari, Herlyta Putri menyebut Tarian Tabur Beras Kunyit dibawakan untuk menghormati tamu dan dibawakan khusus oleh perempuan.
"Tarian ini juga untuk melambangkan kesuburan wilayah muaro jambi. Kan hampir semua penduduk sini petani. Diwariskan turun temurun mungkin sejak sebelum Indonesia. Jumlah penarinya harus ganjil," ungkap Herlyta.
Diketahui, berbagai kegiatan dalam Festival itu merupakan bagian dari ajang budaya Kenduri Swarnabhumi 2022 yang diselenggarakan 14 pemerintah daerah yang dilalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari.