Selasa 20 Sep 2022 17:00 WIB

Seorang Bocah Menelan Kunci Gembok di Indramayu

Bocah itu harus menunggu dioperasi karena orang tuanya tak punya biaya.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Nina Listiana menunjukkan hasil rontgen anaknya, yang tanpa sengaja menelan kunci gembok rumahnya di Kelurahan Lemahabang, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (20/9/2022).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Nina Listiana menunjukkan hasil rontgen anaknya, yang tanpa sengaja menelan kunci gembok rumahnya di Kelurahan Lemahabang, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (20/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Seorang bocah di Kabupaten Indramayu, Muhammad Zulzalaly Wal Ikhrom (8 tahun), tanpa sengaja menelan kunci gembok rumahnya. Bocah yatim itu terkendala biaya untuk mengeluarkan kunci gembok yang kini bersarang di dalam lambungnya. Zul, demikian bocah itu biasa disapa, menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Rabu (14/9/2022) malam. Saat itu, dia baru selesai mengerjakan tugas sekolahnya dan main handphone sambil berbaring.

"Saya sedang main HP sambil tiduran, terus kuncinya saya gigit-gigit. Saya tuh ngantuk dan ketiduran, terus nggak sengaja kuncinya ketelan," ujar Zul dengan polos, saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Lemahabang, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (20/9/2022).

Baca Juga

Zul langsung berusaha memuntahkan kunci tersebut. Namun, kunci sebesar ibu jari itu tersangkut di kerongkongannya dan tidak bisa dikeluarkan. Hingga kini, bagian lehernya masih nampak kehitaman.

Ibu kandung Zul, Nina Listiana (40), langsung membawa anak ketiganya itu ke salah satu klinik. Namun, petugas di klinik tidak bisa menangani dan mengarahkannya ke RSUD Indramayu. "Terus saya bawa Zul ke RSUD Indramayu," tutur Nina.

Dari hasil pemeriksaan di RSUD Indramayu, kunci gembok itu ternyata telah bersarang di dalam lambung Zul. Namun, pihak RSUD Indramayu tidak bisa menangani lebih lanjut sehingga merujuknya ke RS Gunung Jati Cirebon.

Nina mengaku bingung karena tidak memiliki biaya untuk membawa Zul ke RS Gunung Jati Cirebon. Penghasilannya dari menjadi buruh cuci pakaian, hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Suami Nina telah meninggal dunia sejak Zul masih bayi berumur tujuh bulan. Selama ini, dia hanya bisa bekerja serabutan untuk menghidupi ketiga anaknya. Penghasilannya di bawah Rp 50 ribu per hari. "Saya tidak punya kartu BPJS, tidak punya kartu KIS. BLT juga tidak dapat," tutur Nina.

Saat Zul ditangani di RSUD Indramayu, Nina harus membayar biaya perawatannya karena bukan pasien BPJS. Untuk itu, dia terpaksa berutang ke tetangga-tetangganya. "Saya pinjam Rp 1 juta. Itu pinjam dari sepuluh orang," kata Nina.

Nina mengakui, saat ini kartu BPJS Kesehatannya sedang diurus oleh pihak kelurahan setempat. Dia mengaku tidak tahu kapan kartu itu akan selesai.

Ketiadaan kartu BPJS Kesehatan itu telah menghambat pelaksanaan operasi pengambilan kunci dari dalam perut Zul. Operasi baru akan dilakukan jika kartu BPJS Kesehatan miliknya telah aktif.

"Harapan saya, semoga ada yang mau membantu biar bisa cepat mengeluarkan kunci dari perut Zul karena saya tidak punya uang," tukas Nina sambil matanya berkaca-kaca.

Nina pun mengaku khawatir dengan kondisi anaknya. Meski dia mengakui, anaknya hingga kini masih bisa makan seperti biasa. "Kemarin sih badannya sempat demam. Kalau makannya normal, malah sekarang lebih lahap dari biasanya," cetus Nina.

Sementara itu, Dirut RSUD Indramayu, Deden Bonni Koswara, saat dikonfirmasi, menjelaskan, pasien Zul datang ke RSUD Indramayu pada 14 September 2022 pukul 23.30 WIB, atau 15 menit setelah menelan kunci tersebut. Deden mengatakan, dari hasil pemeriksaan, Zul dalam kondisi baik dan tidak ada yang mengkhawatirkan atau memengaruhi secara fisiknya. Zul juga tidak mengalami kelainan medis. "Dari hasil rontgen, kunci itu ada di lambung," kata Deden.

Untuk melakukan pengambilan kunci tersebut, lanjut Deden, harus dilakukan melalui cara endoskopi. Hal itu, harus dilakukan oleh dokter spesialis bedah anak maupun spesialis bedah lainnya. "Karena itu kami rujuk ke RS Gunung Jati Cirebon," tukas Deden.

Deden mengakui, pasien tersebut tidak memiliki BPJS Kesehatan. Karena itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan dan mengajukan pasien itu sebagai penerima bantuan iuran (PBI) atau peserta bukan penerima upah (PBPU) Pemda. "Jadi preminya dibayar oleh pemda. Cuma tidak bisa langsung. Itu aktifnya 1 Oktober 2022," kata Deden.

Meski demikian, lanjut Deden, jika sebelum 1 Oktober 2022 pasien anak tersebut mengalami kondisi yang membutuhkan penanganan segera, seperti misalnya kunci itu sampai turun ke ususnya atau ada infeksi, maka pihaknya akan melakukan operasi di RSUD Indramayu. "Kita evaluasi terus menerus," tandas Deden. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement