REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Petugas Kepolisian Resor Kota (Polresta) Sidoarjo, Polda Jawa Timur menetapkan empat orang pelaku sebagai tersangka atas meninggalnya korban AR, salah satu peserta ujian kenaikan tingkat sebuah perguruan silat di kabupaten setempat. Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Polisi Kusumo Wahyu Bintoro, di Sidoarjo, Selasa (20/9/2022), mengatakan keempat orang tersangka tersebut adalah koordinator pelatihan sebuah perguruan silat di Sidoarjo berinisial EAN, MAS, FLL, dan MRS.
"Penetapan empat orang sebagai tersangka ini merupakan tindak lanjut dari laporan orang tua korban kepada petugas kepolisian," katanya pula.
Ia menyatakan, dalam laporan tersebut ada kejanggalan atas meninggalnya korban yang saat itu sedang mengikuti prosesi ujian kenaikan tingkat sebuah perguruan silat. "Dari visum hasil autopsi jenazah didapatkan kesimpulan pemeriksaan luar ditemukan luka memar pada wajah kanan dan kiri, luka memar dada dan luka lecet dada. Lalu pemeriksaan dalam ditemukan pendarahan pada kelenjar perut serta memar di hati," ujarnya.
Dia mengatakan, korban mengalami beberapa luka tersebut hingga dibawa ke RSUD Sidoarjo. Namun, setelah mendapatkan perawatan medis nyawa korban tak terselamatkan.
"Hasil pengungkapan kami terkait kasus ini, para pelaku sebagai tim penguji melakukan tindakan kekerasan fisik dengan memukul dan menendang korban, karena menganggap korban tidak serius mengikuti ujian kenaikan tingkat," ujar Kusumo Wahyu Bintoro.
Dalam perkara ini, ancaman hukuman bagi keempat pelaku yang telah melakukan kekerasan terhadap anak hingga mengakibatkan kematian adalah penjara 15 tahun. "Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3) jo76C UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No. 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak atau Pasal 170 ayat (2) ke tiga KUHP," ujarnya pula.