Selasa 20 Sep 2022 22:59 WIB

Senter Smartphone Diklaim Bisa Mengukur Kadar Oksigen Darah, Menurut Penelitian

Letakkan jari di atas kamera dan flash smartphone

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Senter ponsel diklaim bisa mengukur kadar oksgen. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Senter ponsel diklaim bisa mengukur kadar oksgen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tim peneliti AS menemukan bahwa smartphone mampu mendeteksi tingkat saturasi oksigen darah hingga 70 persen (nilai terendah yang harus dapat diukur oleh oksimeter nadi). Penelitian dilakukan oleh peneliti University of Washington (UW) dan University of California San Diego.

Penelitian melibatkan peserta yang meletakkan jari mereka di atas kamera dan flash smartphone, yang menggunakan algoritme pembelajaran mendalam untuk menguraikan kadar oksigen darah. Ketika tim mengirimkan campuran nitrogen dan oksigen yang terkontrol ke enam subjek untuk menurunkan kadar oksigen darah mereka secara artifisial, smartphone secara tepat memprediksi apakah subjek memiliki kadar oksigen darah rendah atau 80 persen.

Baca Juga

Kalau lewat aplikasi, ada aplikasi smartphone yang melakukan ini dengan meminta seseorang untuk menahan napas. Tetapi itu membuat sangat tidak nyaman dan harus bernapas setelah sekitar satu menit, dan itu sebelum kadar oksigen darah mereka turun cukup jauh untuk mewakili rentang penuh data yang relevan secara klinis.

“Dengan pengujian ini, kami dapat mengumpulkan 15 menit data dari setiap subjek. Data kami menunjukkan smartphone dapat bekerja dengan baik di kisaran ambang kritis,” kata penulis dari University of Washington, Jason Hoffman.

Dengan cara tersebut, seseorang dapat melakukan beberapa pengukuran dengan perangkat sendiri tanpa biaya atau mungkin dengan biaya rendah. Itu akan sangat bermanfaat bagi telemedicine, untuk dapat dengan cepat menentukan apakah pasien perlu ke rumah sakit atau tidak.

Untuk mengumpulkan data guna melatih dan menguji algoritme, para peneliti meminta setiap peserta memakai oksimeter standar di satu jari dan kemudian meletakkan jari lain di tangan yang sama di atas kamera ponsel dan lampu kilat. Para peneliti menggunakan data dari para peserta untuk melatih algoritma pembelajaran mendalam untuk mengeluarkan kadar oksigen darah. Sisa data digunakan untuk memvalidasi metode dan kemudian mengujinya untuk melihat seberapa baik kinerjanya pada subjek baru.

“Kamera merekam seberapa banyak darah menyerap cahaya dari lampu kilat di masing-masing dari tiga saluran warna yang diukur, merah, hijau dan biru," kata penulis senior yang juga asisten profesor di UC San Diego, Edward Wang. Meski begitu, ini masih perlu penelitian lebih lanjut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement