Rabu 21 Sep 2022 08:50 WIB

Presiden Filipina Singgung Ketimpangan di Majelis Umum PBB

Marcos menilai orang-orang terkaya di dunia telah mempertaruhkan si miskin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. berpidato pada sesi ke-77 Majelis Umum PBB, di markas besar PBB, Selasa, 20 September 2022.
Foto: AP Photo/Jason DeCrow
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. berpidato pada sesi ke-77 Majelis Umum PBB, di markas besar PBB, Selasa, 20 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menuduh orang-orang terkaya di dunia telah mempertaruhkan yang termiskin, Selasa (20/9/2022). Dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dia mendorong tindakan terhadap ketidaksetaraan, senjata nuklir, dan perubahan iklim.

Marcos kembali ke tema pembagian antara si kaya dan si miskin di beberapa poin sepanjang pidatonya. Dia mencatat beban utang yang membengkak, kurangnya akses Internet, dan dampak miring dari pandemi Covid-19. "Negara-negara kaya segera menerima vaksin dengan mengorbankan yang miskin," katanya berbicara di depan para pemimpin dunia untuk pertama kalinya sejak menjabat pada Juni .

Baca Juga

"Petugas kesehatan Filipina berada di garis depan di banyak negara … mempertaruhkan dan seringkali mengorbankan hidup mereka sendiri untuk menyelamatkan orang lain," ujarnya.

Marcos mengisyaratkan ketidaksetaraan di wilayahnya sendiri dengan mendesak untuk mendapatkan kursi di Dewan Keamanan (DK) PBB. Dia mengatakan, dasar-dasar PBB diabaikan, tetapi tidak memberikan elaborasi. "Piagam kami dilanggar di seluruh dunia saat kami berbicara,” katanya.

Selain itu, Marcos mengatakan, waktu untuk berbicara tentang "jika" dan "kapan" telah lama berlalu dalam masalah perubahan iklim. Dia meminta negara-negara industri untuk memenuhi kewajiban memotong gas rumah kaca dan membantu negara-negara berkembang.

"Dampak perubahan iklim tidak merata dan mencerminkan ketidakadilan sejarah: Mereka yang paling tidak bertanggung jawab paling menderita. Ketidakadilan ini harus diperbaiki dan mereka yang perlu berbuat lebih banyak harus bertindak sekarang," kata Marcos.

Isu lain yang dibahas Marcos adalah pengurangan senjata nuklir. Dia pun mendesak pembuatan peraturan yang mengatur dunia maya untuk persenjataan kecerdasan buatan.

Marcos berhasil menduduki posisi presiden Filipina dalam kemenangan pemilihan yang menakjubkan usai 36 tahun setelah pemberontakan “Kekuatan Rakyat” yang didukung tentara ketika mengusir ayahnya, Ferdinand Marcos Sr, dari jabatannya. Marcos Sr dikenal karena pemerintahannya yang tirani, meskipun putranya menolak menyebutnya sebagai diktator. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement