Rabu 21 Sep 2022 17:01 WIB

Bahaya Jeroan Jika Dimakan Penderita Kolesterol Tinggi

Penderita kolesterol tinggi dan asam urat harus waspada dalam mengonsumsi jeroan.

Red: Qommarria Rostanti
Penderita kolesterol tinggi yang mengonsumsi jeroan berisiko kena serangan jantung dan strok. (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Penderita kolesterol tinggi yang mengonsumsi jeroan berisiko kena serangan jantung dan strok. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan mengatakan, penderita kolesterol tinggi dan asam urat harus waspada dalam mengonsumsi jeroan. Sebab, makaan tersebut bisa menyebabkan serangan jantung dan strok.

"Benar-benar harus dijauhi oleh orang-orang yang sudah diindikasikan oleh dokter asam uratnya tinggi atau kolesterolnya tinggi sehingga berpotensi akan terjadi serangan jantung atau strok," kata Ali di Jakarta, Rabu (21/9/2022).

Baca Juga

Penderita asam urat dan kolesterol tinggi, menurut Ali, banyak diderita oleh usia paruh baya di atas 40 tahun. Pada usia ini, tubuh sudah tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan proses metabolisme dari makanan seperti jeroan.

Namun usia muda juga bisa terkena penyakit tersebut jika membiasakan diri mengonsumsi makanan seperti jeroan secara berlebihan. "Ketika orang muda membiasakan diri makan jeroan dan menjadi bagian dari kebiasaan hidupnya, maka mungkin dia akan terkena serangan jantung atau kena penyakit asam urat dalam waktu umur yang belum terlalu tua," ujarnya.

Guru besar di bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB itu mengatakan, mengolah jeroan dengan cara direbus atau dikukus lebih disarankan karena bisa mempertahankan nilai gizi lebih baik dibanding dengan cara digoreng.

"Kalau perebusan seperti kita membuat pepes, itu suhunya tidak terlalu tinggi sehingga dia bisa mempertahankan nilai gizi lebih baik dibandingkan kalau penggorengan," jelas Ali.

Dia mengatakan, jika proses pemasakan dengan menggoreng suhunya bisa mencapai 180 derajat Celsius, sehingga bisa merusak nilai gizi lebih tinggi. Namun menurut Ali, setiap proses pemasakan pasti akan mengurangi nilai gizi, baik protein atau vitamin, sebanyak 20 sampai 30 persen. Hal ini wajar karena manusia cenderung menginginkan makanan yang mudah dicerna, enak dan tidak menyulitkan proses pengunyahan.

"Proses pengempukan itu kan terjadi karena pemanasan, jadi kalo berkurangnya protein 20 sampai 30 persen hal yang biasa dalam proses pemasakan. Demikian pula hilangnya vitamin-vitamin tertentu," kata Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement