REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengaku kehilangan tokoh yang turut dikenal sebagai cendekiawan, akademisi, penulis sekaligus wartawan tersebut. JK turut mengenang sosok Azra yang 10 tahun menemaninya di Kantor Wakil Presiden RI.
Ia mengungkapkan, walaupun sudah diminta tidak perlu terlalu sering datang, Azra bersikukuh untuk selalu menyampaikan masukan-masukan kepada JK secara langsung. Bahkan, waktu makan siang jadi momen menyenangkan yang selalu dikenang JK.
"Mungkin kami di Kantor Wapres yang paling sering bertemu, makan siang bersama karena ada kebiasaan makan siang seluruh staf itu bersama, jadi 10 orang selalu bersama, dan almarhum tiap pekan pasti hadir menyampaikan hal-hal yang perlu," kata JK.
Mewakili keluarga, Firman El Amny Azra yang merupakan putra Prof Azyumardi Azra, berkesempatan menyampaikan keteladanan, pemikiran dan cara pandang dari Sang Ayah. Termasuk, tentang spirit kemuhamadiyahan Azra yang dirasa sangat kuat.
Hal ini, kata Amny, yang membuat keluarga maupun anak-anak Azra banyak mengikuti pemikiran Muhammadiyah. Integritas jadi salah satu prinsip Prof Azra yang Amny teladani, yang diwujudkan dengan keberanian untuk memegang satu pemikiran.
"Yang mungkin ditentang banyak orang tetap dilaksanakan karena percaya terhadap pemikiran yang dipegang tersebut," ujar Amny.
Misalnya, tidak lain gagasan Azra yang beberapa tahun lalu ingin mengubah IAIN menjadi UIN, yang mendapat banyak pertentangan, termasuk IAIN sendiri. Tapi, Azra tidak gentar menerima begitu banyak penolakan, teguh terhadap prinsip.
Contoh lain, ia menambahkan, sosok Azra yang walaupun dihormati banyak orang, tetap menjadi pribadi yang sangat sederhana. Bahkan, sampai akhir hayatnya, Azra merupakan orang yang mudah dimintakan pandangan maupun dimintakan pertolongan.
"Dengan kesederhanaan itu bisa jadi sumber inspirasi banyak orang, bisa membuat orang lain dekat dengan beliau," kata Amny.