REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Kantor Kemenko Perekonomian pada Senin, 20 September 2022, kemarin. Dilaporkan, keduanya membahas soal isu keamanan, geopolitik, serta ekonomi dunia.
Meski demikian, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai pertemuan itu bisa dimaknai berbeda. Misalkan sebagai pertemuan antar calon presiden.
"Kita tahu bahwa walaupun mereka menteri, pertemuan itu katakan bahas pertahanan tapi mereka itu juga sebagai capres dari tiga partai besar di Indonesia," kata Ujang saat dihubungi wartawan, Selasa (21/9/2022).
Menurutnya, jika mengikuti kontruksi itu, suka tidak suka, senang tidak senang, ia mengatakan bahwa mereka sambil menyelam minum air.
"Pertemuan menteri juga sekaligus pertemuan antar capres," kata Ujang lagi.
Ia mengibaratkan dirinya sebagai dosen yang bertemu masyarakat di warung. Ketika bertemu itu, profesinya sebagai dosen tidak hilang.
"Ini analogi saya aja. Mereka menteri, membicarakan pertahanan tapi tidak terlepas mereka juga capres," katanya.
Ujang menilai hal itu menjadi menarik. Alasannya, di tanah air, menterinya merangkap ketua umum dan sekaligus juga punya potensi untuk menjadi capres.
"Kalau kita melihat kontruksi itu semua, masyarakat membaca bahwa itu pertemuan antar capres," tegas dia.
Ia melanjutkan meskipun kedua partai yang dipimpin Prabowo maupun Airlangga belum bisa berkoalisi, [Airlanga sudah di KIB, yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP, dan Prabowo dengan PKB] tapi setelah pilpres, mereka bisa saja bersatu.
"Di kita (punya sejarah), Golkar dukung Prabowo, Jokowi menang, Golkar ikut masuk ke pemerintahan Jokowi," lanjutnya.
Ujang berpendapat komunikasi memang harus dibangun, walupun nanti belum tentu berkoalisi. Karena paska pemilihan presiden, setelah diketahui pemenangnya, bisa jadi yang tadinya bersebrangan masuk ke koalisi pemerintahan seperti Prabowo yang berseberangan dengan Jokowi, tapi masuk ke pemerintahan.
"Jadi penting pertemuan antar capres itu, antara Prabowo dengan Airlangga," katanya.
Ia melihat antara Airlangga dan Prabowo sejauh ini kecil kemungkinan berkoalisi.
"KIB solid dengan KIB-nya, Prabowo dengan PKB juga solid. Apakah mereka bisa berkoalisi, kecil. Mereka akan jalan masing-masing, pasca pilpres bisa bertemu juga," katanya.
Terkait siapa pasangan yang cocok untuk kedua tokoh tersebut, Ujang mengatakan Airlangga bisa saja menggandeng Ganjar Pranowo. Sedangkan Prabowo dengan Muhaimin Iskandar.
"Konstruksi koalisi hari ini, Prabowo dengan PKB, Gerindra dengan PKB. Pasangannya suka tidak suka, senang tidak senang, pasangannya dengan Cak Imin," katanya.
Alasannya, lanjut Ujang, jika Cak Imin tidak dicawapreskan, PKB tidak mau, dan akan lari. Kalau PKB tidak mau, maka Gerindra tidak bisa usung presiden.
"Gerindra-PKB, Cak Imin cawapresnya," tegasnya.
Sementara itu, untuk Airlangga di KIB, Ujang mengatakan ia bisa menjadi capres, sedangkan cawapresnya bisa dari eksternal yaitu Ganjar Pranowo.
"Bisa internal Zulhas, tapi berat, karena keduanya belum punya elektabilitas tinggi. Pak Airlangga harus cari capres dari eksternal yang punya elektabilitas tinggi," katanya.