REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascaditinggal perusahaan asal Belanda, Shell, Inpex Coorporation belum mendapatkan partner lagi untuk pengembangan Blok Masela. Namun, menurut SKK Migas, saat ini sudah ada tiga perusahaan yang tergabung dalam konsorsium baru siap menjadi pengganti Shell di proyek Lapangan Abadi.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menjelaskan ada dua sampai tiga perusahaan yang akan tergabung dalam konsorsium tersebut. Saat ini konsorsium tersebut masih melakukan pembahasan dengan Shell.
“(Konsorsium) pengganti Shell sebanyak dua atau tiga, dan ini tergantung negosiasi dengan Shell,” kata Dwi di JCC, Rabu (21/9).
Dwi berharap pembentukan konsorsium baru untuk pengambilan divestasi Shell dapat rampung seiring dengan revisi Plan of Development (PoD) fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCUS) dan Final Investment Decision (FID) yang ditarget rampung masing-masing akhir tahun ini dan 2023 mendatang.
Adapun, sejumlah perusahaan minyak dan gas (Migas) domestik berpotensi untuk membentuk perusahaan patungan untuk mengambil hak partisipasi Shell tersebut. Selain PT Pertamina (Persero) yang mendapat penugasan, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) belakangan menunjukkan minatnya untuk ikut ambil bagian pada salah satu proyek gas terbesar di dunia tersebut.
Direktur Utama Medco Energy Hilmi Panigoro mengatakan pengembangan minyak dan gas laut dalam seperti Blok Masela sebenarnya bukan ranahnya Medco. Pasalnya, untuk mengembangkan migas laut dalam dibutuhkan teknologi, organisasi, dan keuangan yang mumpuni.
Paling tidak, untuk mengembangkan migas seperti itu dibutuhkan perusahaan-perusahaan migas kakap dunia seperti ExxonMobil, Chevron, Shell, ENI, dan BP.
"Jadi kalau pemerintah mau kembangkan Masela mungkin Medco dan Pertamina bisa saja tapi bukan sebagai operator. Karena kita gak punya kemampuan teknologi dan organsisasi untuk mengembangkan lapangan laut dalam," ujar Hilmi kepada Republika beberapa waktu lalu.
Meski begitu, menurut Hilmi tidak menutup kemungkinan bahwa Medco dapat turut terlibat dalam pengembangan Blok Masela. Namun bukan sebagai operator, melainkan partner dengan kepemilikan hak partisipasi maksimal 10 persen.
"Bisa aja tapi paling gak akan lebih dari 10 persen karena siapa pun yg masuk ke situ harus ada kemampuan development migas laut dalam itu perlu teknologi dan organisasi yang kuat itu liga nya lain," ujarnya.