Kamis 22 Sep 2022 07:51 WIB

Menlu Eropa Gelar Pertemuan Darurat karena Ancaman Perang Putin

Putin kerahkan ratusan ribu warga Rusia ke Ukraina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Bendera Uni Eropa. Para menteri luar negeri Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat di New York pada Rabu (21/9/2022) malam waktu setempat. Rapat darurat ini digelar setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan ratusan ribu orang Rusia untuk berperang di Ukraina.
Foto: Anadolu Agency
Bendera Uni Eropa. Para menteri luar negeri Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat di New York pada Rabu (21/9/2022) malam waktu setempat. Rapat darurat ini digelar setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan ratusan ribu orang Rusia untuk berperang di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para menteri luar negeri Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat di New York pada Rabu (21/9/2022) malam waktu setempat. Rapat darurat ini digelar setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan ratusan ribu orang Rusia untuk berperang di Ukraina.

Para menteri luar negeri berada di New York untuk menghadiri pertemuan tahunan para pemimpin dunia di PBB. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, perintah Putin yang mengerahkan ratusan ribu orang untuk perang di Ukraina, menunjukkan kepanikan dan keputusasaan.

Baca Juga

"Para menteri harus membahas ancaman ini, untuk menegaskan kembali dukungan berkelanjutan ke Ukraina dan untuk memperingatkan masyarakat internasional tentang situasi yang tidak dapat diterima, di mana Putin menempatkan kita semua," kata Borrell kepada wartawan.

Borrell mengatakan, para menteri akan membahas dukungan militer yang berkelanjutan untuk Ukraina dan kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia. “Jelas Rusia ingin menghancurkan Ukraina. Kami tidak akan terintimidasi," ujarnya.

Dia juga mengatakan, sementara Uni Eropa mendukung Ukraina dengan memasok persenjataan dan tidak berpartisipasi dalam perang. Borrell tidak memiliki rencana untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov saat mereka berada di New York minggu ini. 

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan mobilisasi parsial warga Rusia untuk perang di Ukraina. Pengerahan ini berlangsung saat perang di Ukraina mencapai hampir tujuh bulan. Langkah ini diambil sehari setelah wilayah pro-Rusia di timur dan selatan Ukraina mengumumkan rencana referendum untuk menjadi bagian integral dari Rusia. 

“Kita berbicara tentang mobilisasi parsial, yaitu warga negara yang memenuhi syarat saat ini akan dikenakan wajib militer, dan mereka yang bertugas di angkatan bersenjata dengan spesialisasi militer tertentu dan pengalaman yang relevan,” kata Putin.

Referendum diperkirakan akan dimulai pada Jumat (23/9/2022) di Luhansk, Kherson, dan sebagian wilayah Zaporizhzhia dan Donetsk yang dikuasai Rusia. Putin mengatakan, keputusan untuk mobilisasi parsial bertujuan untuk melindungi Rusia dan seluruh rakyatnya.

"Ini untuk melindungi tanah air kita, kedaulatan dan integritas teritorialnya, untuk memastikan keamanan rakyat kita dan orang-orang di wilayah yang dibebaskan," kata Putin.

Empat wilayah yang dikuasai Rusia mengumumkan rencana Selasa untuk referendum dan menjadi bagian integral dari Rusia. Langkah ini dapat memberikan panggung bagi Moskow untuk meningkatkan perang di Ukraina.

Amerika Serikat (AS) menolak rencana referendum di kota-kota Ukraina yang diduduki oleh kelompok pro-Rusia. Washington juga tidak akan pernah mengakui klaim Rusia untuk mencaplok bagian dari Ukraina.

Baca juga : Uni Eropa Sepakat Jatuhkan Sanksi Baru kepada Rusia 

 

sumber : Reuters/AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement