REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pasukan keamanan menahan lebih dari 1.300 orang di Rusia yang melakukan protes mengecam mobilisasi militer untuk pasukan cadangan pada Rabu (21/9/2022). Protes ini meletus beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi militer pertama Rusia sejak Perang Dunia II.
Kelompok pemantau protes OVD-Info independen mengatakan, menurut informasi yang dikumpulkan dari 38 kota Rusia, lebih dari 1.311 orang telah ditahan hingga larut malam. Angka-angka itu termasuk setidaknya 502 di Moskow dan 524 di St Petersburg, kota terpadat kedua di Rusia.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Rusia Irina Volk mengatakan, para petugas telah mempersingkat upaya untuk menggelar apa yang disebutnya protes kecil. Demonstrasi tanpa sanksi adalah ilegal di bawah undang-undang anti-protes Rusia.
"Di sejumlah daerah, ada upaya untuk melakukan tindakan tidak sah yang melibatkan sejumlah kecil peserta," kata Volk kepada media Rusia.
"Ini semua dihentikan. Dan orang-orang yang melanggar hukum ditahan dan dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan dan menetapkan tanggung jawab mereka," ujarnya.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, panggilan itu akan terbatas pada mereka yang memiliki pengalaman sebagai tentara profesional. Sedangkan pelajar dan wajib militer tidak akan dipanggil untuk mobilisasi.
Tapi, keputusan Putin ini menimbulkan kekhawatiran bahwa beberapa pria dengan usia yang bisa mengikuti mobilisasi militer tidak akan diizinkan meninggalkan negara itu. Kondisi ini dinilai membuat penerbangan satu arah dari Rusia mengalami peningkatan.
Data Google Trends menunjukkan, lonjakan penelusuran untuk situs pemesanan penerbangan paling populer di Rusia Aviasales. Penerbangan langsung dari Moskow ke Istanbul di Turki dan Yerevan di Armenia, kedua tujuan yang memungkinkan orang Rusia masuk tanpa visa, terjual habis pada Rabu.