Kamis 22 Sep 2022 08:44 WIB

Biden: Rusia Langgar Prinsip Keanggotaan PBB dengan Ancaman Nuklir

Rusia membuat ancaman tidak bertanggung jawab untuk menggunakan senjata nuklir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Joe Biden berpidato di sesi ke-77 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu, 21 September 2022, di markas besar PBB.
Foto: AP/Mary Altaffer
Presiden Joe Biden berpidato di sesi ke-77 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu, 21 September 2022, di markas besar PBB.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Rabu (21/9/2022) menuduh Rusia membuat ancaman tidak bertanggung jawab untuk menggunakan senjata nuklir. Biden mengatakan, Moskow telah melanggar prinsip inti keanggotaan PBB dengan menyerang Ukraina.

Berbicara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Biden mengecam Presiden Rusia Vladimir Putin karena memulai perang tanpa alasan. Biden mengatakan, sekitar 40 anggota PBB membantu Ukraina untuk berperang dengan menyediakan dana dan senjata.  

Baca Juga

Sebelumnya Putin memerintahkan mobilisasi warga Rusia untuk berperang di Ukraina dan membuat ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir. NATO menyebut langkah Putin itu sebagai tindakan putus asa dalam menghadapi kekalahan Rusia di medan perang. Dalam pidatonya di markas PBB, Biden kembali menggemakan pernyataan NATO.

"Sekali lagi, baru hari ini, Presiden Putin telah membuat ancaman nuklir terbuka terhadap Eropa, dengan mengabaikan tanggung jawab rezim nonproliferasi. Perang nuklir tidak bisa dimenangkan dan tidak boleh diperangi," kata Biden.

Biden mengatakan, tidak ada yang mengancam Rusia. Menurut Biden, Rusia justru mencari konflik dan menggunakan pengaturan PBB untuk menggarisbawahi pandangannya bahwa Moskow telah melanggar nilai-nilai badan tersebut.

“Seorang anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerbu negara tetangganya, berusaha menghapus negara berdaulat dari peta. Rusia tanpa malu-malu melanggar prinsip inti Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Biden.  

Misi Rusia untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Biden. Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga berada di New York untuk pertemuan PBB. 

Dalam pidatonya Biden mengumumkan tambahan bantuan dana sebesar 2,9 miliar AS untuk memerangi kerawanan pangan global. Bantuan ini menambah komitmen pendanaan AS tahun ini sebesar 6,9 miliar dolar AS. 

Amerika Serikat telah memperkuat fokusnya pada pasokan makanan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Konflik ini memperburuk krisis global yang telah dipicu oleh perubahan iklim dan pandemi Covid-19.  

Rusia dan Ukraina adalah eksportir biji-bijian dan pupuk terbesar dunia. Namun pengiriman komoditas tesebut  terganggu oleh perang. Biden menolak tudingan Rusia bahwa sanksi Barat telah berpengaruh pada ekspornya. Biden menekankan bahwa, sanksi AS secara eksplisit memungkinkan Rusia untuk mengekspor makanan dan pupuk. 

Biden menegaskan, invasi Rusia ke Ukraina memperburuk kerawanan pangan. Dia juga mendesak negara-negara untuk tidak menimbun gandum.

"Di setiap negara di dunia, tidak peduli apa lagi yang memisahkan kita, jika orang tua tidak dapat memberi makan anak-anak mereka, tidak ada, tidak ada lagi yang lebih penting," ujar Biden.

Amerika Serikat menuduh China menimbun gandum. Dewan Biji-bijian Internasional memperkirakan, stok biji-bijian China pada akhir musim 2021/2022 menjadi 323,5 juta ton, atau lebih dari setengah total stok biji-bijian global sebesar 602,9 juta ton.  

Biden mendorong perpanjangan kesepakatan yang memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor makanan dan pupuk melalui Laut Hitam. Kesepakatan ini ditengahi oleh Turki dan PBB.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement