Kamis 22 Sep 2022 08:49 WIB

Zelenskyy Tuntut PBB Sediakan Pengadilan Khusus dan Cabut Hak Veto Rusia

Zelenskyy minta pengadilan untuk menjatuhkan hukuman yang adil kepada Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dari video berpidato di sesi ke-77 Majelis Umum PBB, di markas besar PBB, Rabu, 21 September 2022.
Foto: AP Photo/Jason DeCrow
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dari video berpidato di sesi ke-77 Majelis Umum PBB, di markas besar PBB, Rabu, 21 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuntut pengadilan khusus PBB untuk menjatuhkan hukuman yang adil kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina. Termasuk hukuman finansial dan mencabut hak veto Moskow di Dewan Keamanan.

Zelenskyy menyampaikan pidato melalui video yang telah direkam, di hadapan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB pada Rabu (21/9/2022). Pidato ini disampaikan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi tentara dalam masa perang pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua.  

Baca Juga

"Sebuah kejahatan telah dilakukan terhadap Ukraina, dan kami menuntut hukuman yang adil. Sebuah pengadilan khusus harus dibentuk untuk menghukum Rusia atas kejahatan agresi terhadap negara kita. Rusia harus membayar perang ini dengan asetnya," kata Zelenskyy.

Zelenskyy memaparkan lima kondisi perdamaian yang tidak dapat dinegosiasikan. Salah satunya termasuk hukuman atas agresi Rusia, pemulihan keamanan dan integritas wilayah Ukraina, dan jaminan keamanan. Para delegasi di PBB memberikan tepuk tangan meriah di akhir pidato Zelenskyy.

Sebelumnya pada Rabu, dalam pidato yang disiarkan di televisi, Putin mengumumkan langkah untuk mencaplok empat provinsi Ukraina dan mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk membela Rusia. Tanpa memberikan bukti, Putin menuduh para pejabat di negara-negara NATO mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan Rusia. 

“Ketika integritas teritorial negara kami terancam, kami pasti akan menggunakan semua cara yang kami miliki untuk melindungi Rusia dan rakyat kami. Ini bukan gertakan," ujar Putin.

Penerbangan keluar dari Rusia dengan cepat terjual habis. Sementara pemimpin oposisi yang dipenjara Alexei Navalny menyerukan demonstrasi massal menentang mobilisasi masyarakat Rusia ke medan perang di Ukraina.

Rusia mengatakan beberapa orang sudah menerima pemberitahuan panggilan perang. Sementara polisi melarang kaum pria meninggalkan kota di selatan Rusia. Kelompok pemantau protes independen OVD-Info mengatakan lebih dari 1.300 orang telah ditahan dalam protes pada Rabu malam.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement