Kamis 22 Sep 2022 09:45 WIB

Empat Ruas Jalan di Kabupaten Lebak Rawan Longsor

Jalan yang lokasinya di perbukitan dan daerah aliran sungai di Lebak rawan longsor.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pengendara motor melintas di jalur Lebak-Sukabumi di kawasan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, Senin (4/7/2022).
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Pengendara motor melintas di jalur Lebak-Sukabumi di kawasan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, Senin (4/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak menyatakan, empat ruas jalan di daerah itu rawan longsor. Hal itu karena lokasinya di perbukitan dan daerah aliran sungai.

"Kami tidak henti-hentinya mengimbau pengemudi kendaraan agar waspada jika cuaca buruk saat melintasi empat ruas jalan itu," kata Kepala BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizky Pratama di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Rabu (22/9/2022).

Empat ruas jalan yang dipetakan rawan longsor itu adalah pertama sepanjang Malingping-Bayah- Cibeber, kedua Cipanas-Lebakgedong-Citorek dan Warung Banten. Ketiga ruas jalan Rangkasbitung-Cimarga-Leuwidamar, dan keempat Sajira-Muncang-Sobang. Selama ini, keempat ruas jalan tersebut jika hujan lebat disertai angin kencang dan kilat atau petir kerapkali terjadi longsor.

Bahkan, tiga hari yang lalu ruas jalan Cipanas-Warung Banten longsor hingga material tanah menutupi badan jalan dengan ketinggian 1,5 meter. Longsor di jalan itu, karena merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

"Kami minta pengemudi kendaraan roda empat maupun roda dua, jika hujan lebat sebaiknya istirahat dan menghentikan perjalanan guna mencegah longsor dan pohon tumbang," kata Febby.

Menurut dia, berdasarkan laporan BMKG saat ini sudah memasuki musim peralihan dari musim kemarau basah ke musim hujan. Biasanya, peralihan musim itu ditandai curah hujan lebat disertai angin kencang dan sambaran petir.

Karena itu, BPBD Kabupaten Lebak meminta petani jika berlangsung hujan lebat disertai sambaran petir atau kilat dan angin kencang agar tidak berada di areal persawahaan maupun tanah lapang. Pasalnya, berada di areal persawahan, tanah lapang dan ladang sangat berbahaya karena bisa tersambar petir.

"Pengalaman itu kerapkali terjadi, sehingga petani jika cuaca buruk lebih mengungsi ketempat yang aman," kata Febby.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement