REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim memberikan arahan kepada para pelaku usaha ekspor (eksportir) dalam Pembinaan dan Pengembangan Usaha Produk Ekspor Unggulan Kota Bogor. Dedie mengapresiasi, para pelaku usaha yang selama ini sudah berkontribusi dalam ekspor komoditas lokal.
Meskipun, dari data Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, pendapatan dengan skala besar masih didominasi oleh eksportir dari produk ban dan obat-obatan. Namun di luar itu, ada produsen-produsen produk lokal berupa minuman dalam kemasan, fashion, kerajinan, hingga rempah-rempah yang juga sudah diekspor.
Data menunjukan, nilai ekspor Kota Bogor tahun lalu senilai 99 Juta USD. Sedangkan masuk triwulan kedua tahun 2022, angka ekspor Kota Bogor sudah mencapai 78 Juta USD. Dengan harapan tentu tahun ini akan lebih tinggi sampai dengan akhir tahun.
"Potensi sebetulnya ada, tinggal hal-hal yang perlu dilengkapi seperti aspek legalitas, kualitas produk dan permodalan yang harus ditingkatkan. Karena permintaan dari luar akan selalu ada," kata Dedie, Rabu (21/9).
Meskipun memang jumlah eksportir dari Kota Bogor belum terlalu signifikan, kata Dedie, namun para eksportir yang memiliki kemampuan bertahan. Apalagi, saat masa pandemi Covid-19. Sehingga, Pemkot Bogor terus memberikan semangat dan dorongan.
Data lain menunjukkan, para eksportir di Kota Bogor sudah melakukan ekspor hingga 27 negara dengan berbagai komoditasnya. Seperti Asia, Afrika, hingga benua Eropa.
"Dengan kualitas produk yang baik, paling tidak bisa meningkatkan tingkat kepercayaan para importir untuk terus memanfaatkan produk dari Bogor," sambungnya.
Dalam pembinaan juga dihadirkan satu narasumber dari Bank Nasional Indonesia (BNI) Cabang Kota Bogor. Dimana sektor perbankan menjadi salah satu tenaga tambahan para pelaku usaha dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR)-nya.
"Tahun ini alokasi untuk KUR-nya senilai Rp 140 miliar, baru terserap kurang lebih Rp 110 miliar. Jadi masih ada potensi yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk mengambil KUR," papar Dedie.