Kamis 22 Sep 2022 12:52 WIB

Mengenal Sedekah Ketupat, Tradisi Turun-temurun di Cilacap Barat

Festival sedekah ketupat ini membawa tiga pesan positif.

Rep: Idealisa masyrafina/ Red: Muhammad Hafil
Tradisi Sedekah Ketupat mulai digelar kembali di Cilacap Barat.
Foto: Dok. Pemkab Cilacap
Tradisi Sedekah Ketupat mulai digelar kembali di Cilacap Barat.

REPUBLIKA.CO.ID,CILACAP -- Tradisi Sedekah Ketupat, adat yang rutin digelar di wilayah Cilacap Barat tahun ini mulai dikemas dalam Festival Budaya di Desa Desa Tambaksari, Kecamatan Wanareja, pada Rabu (21/9/2022).

Sedekah Ketupat merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap Barat, terutama Kecamatan Dayaeuhluhur, dan Wanareja. Tradisi ini bermula sekitar abad 16, ketika pasukan Siliwangi siap berperang melawan pasukan Kerajaan Demak.

Baca Juga

Kala itu, rombongan dari tanah pasundan tersebut melintas di Kawasan yang kini dikenal sebagai wilayah Kecamatan Dayaeuhluhur. Masyarakat setempat lantas memberikan sambutan dengan memberikan bekal berupa ketupat untuk pasukan Siliwangi.

Selanjutnya, tradisi ini terus dilakukan sebagai pesan bahwa masyarakat Dayaeuhluhur sangat mengagungkan para tamu. Masyarakat setempat akan menyambut, menjamu, dan menjamin keselamatan setiap tamu selama berada di Dayaeuhluhur.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Cilacap, Paiman menjelaskan, menilik akar sejarahnya yang berasal dari Kecamatan Dayaeuhluhur, dan Wanareja, festival ini dapat dilaksanakan di dua tempat itu secara bergiliran.

“Kita optimalkan kearifan lokal ini, tapi nanti akan dievaluasi bagaimana ke depan pagelaran ini menjadi menarik, tanpa mengganggu ritualnya. Tetapi gelarannya akan kita bangun supaya layak menjadi event yang dinikmati masyarakat luas," kata Paiman.

Ia menjelaskan, Desa Tambaksari, Kecamatan Wanareja dipilih menjadi tempat pertama kalinya digelar Festival Sedekah Ketupat karena beberapa alasan. Selain memiliki potensi wisata alam yang terus dibenahi beberapa tahun terakhir, ada dukungan masyarakat yang sangat besar, salah satunya dengan membentuk kelompok sadar wisata.

“Masyarakat antusias dan semangat, ini modal bagi kita untuk pagelaran berikutnya supaya lebih maju. Minimal masyarakat sudah oke, didukung lingkungan yang mempunyai potensi wisata alam yang bagus," tutur Paiman.

Rangkaian Sedekah Ketupat yang diadakan di Desa Tambaksari diawali dengan kegiatan bersih-bersih desa dan jalan, pembuatan ketupat, hingga pelaksanaan sesuai jadwal yang ditentukan. Kemudian warga menggantungkan ketupat pada tiap batas desa antara Kecamatan Wanareja dan Dayaeuhluhur.

Adapun festival digelar dengan cara melibatkan warga untuk membuat gunungan menyerupai jolen sedekah laut. Selanjutnya gunungan ketupat ini dikirab menuju simpang tiga Desa Tambaksari yang merupakan perbatasan Desa Tambaksari dengan Majingklak, Kecamatan Wanareja.

Acara dibuka dengan sambutan dari sesepuh desa, dan pengucapan ijab sedekah oleh juru kunci. Setelah memanjatkan doa bersama-sama, ketupat tersebut menjadi menu santapan peserta doa bersama, termasuk warga yang melintas.

Wakil Bupati Cilacap Syamsul Auliya Rachman, didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Cilacap, Paiman berharap, Festival Sedekah Ketupat ini menjadi ikon budaya yang mampu mendukung pengembangan sektor pariwisata.

“Pengembangan pariwisata tidak akan berjalan dengan baik, apabila hanya ditangani oleh pemerintah saja. Sudah saatnya pengusaha, seniman, dan budayawan campur tangan serta ikut menentukan konsep pembangunan seni budaya dan pariwisata," kata Syamsul.

Ia menambahkan, Festival Ketupat ini membawa tiga pesan positif yakni ungkapan rasa syukur, kedermawanan melalui sedekah, serta pelestarian budaya.

Syamsul menilai, kegiatan adat ini sangat layak masuk dalam kalender wisata kabupaten maupun nasional. Agar pelaksanaannya lebih baik, perlu adanya evaluasi serta dukungan dari stakeholder lainnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement