Kamis 22 Sep 2022 14:11 WIB

Pemimpin Muslim dan Hindu di Leicester Kutuk Kerusuhan Dipicu Geng dari Birmingham

Kedua pemimpin menekankan ikatan persahabatan yang erat antara kedua agama.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi polisi Inggris. Pemimpin Muslim dan Hindu di Leicester Kutuk Kerusuhan Dipicu Geng dari Birmingham
Foto: AP/Frank Augstein
Ilustrasi polisi Inggris. Pemimpin Muslim dan Hindu di Leicester Kutuk Kerusuhan Dipicu Geng dari Birmingham

REPUBLIKA.CO.ID, LEICESTER -- Pemimpin Muslim dan komunitas Hindu Leicester membuat permintaan kedamaian setelah kerusuhan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Dalam sebuah pernyataan bersama, para pemimpin dari Masjid Jame dan kuil Hindu Iskcon menekankan ikatan persahabatan yang erat antara kedua agama. Mereka menyerukan agar provokasi dan kerusuhan segera berakhir.

Kerusuhan tersebut menyebabkan 25 petugas polisi terluka dan 47 penangkapan selama akhir pekan. Bentrokan terbaru terjadi saat ketegangan meningkat menyusul pertandingan kriket antara India dan Pakistan. Namun, penduduk setempat menyebut hubungan antara dua komunitas itu telah tegang selama berbulan-bulan sehingga pemicu kerusuhan didorong oleh hal lain, yaitu masuknya geng dari Birmingham.

Baca Juga

“Kami, keluarga Leicester, berdiri di depan Anda tidak hanya sebagai umat Hindu dan Muslim tetapi sebagai saudara. Dua agama kami telah hidup harmonis di kota yang indah selama lebih dari setengah abad,” kata pemimpin Muslim dan Hindu dari Masjid Jame dan Kuil Iskcon.

Rekaman kerusuhan yang terjadi setelah pertandingan kriket pada 28 Agustus tersebar luas di media sosial. Sejak itu, polisi menegaskan insiden tersebut awalnya tidak sejalan dengan agama.

Para pemimpin Leicester mengklaim ketegangan sudah berlangsung lama dan dipicu oleh misinformasi yang tersebar secara daring. Kondisi diperparah dengan datangnya orang luar yang berasal dari daerah terdekat, seperti Birmingham.

Akhir pekan ini, petugas polisi yang bertugas persiapan pemakaman Ratu Elizabeth II di London dialihkan untuk menangani kerusuhan terbaru pada Sabtu malam hingga Ahad. Sejauh ini, seorang pria dari Leicester telah dipenjara karena perannya dalam insiden tersebut. Namun, polisi telah mengonfirmasi beberapa dari mereka yang ditangkap berasal dari luar kota.

Amos Noronha (20 tahun) dijatuhi hukuman 10 bulan penjara setelah mengaku bersalah memiliki senjata ofensif yang digunakan selama kerusuhan. Namun, dari polisi, belum memberi tahu rincian detail terkait aksi kejahatannya.

Noronha adalah salah satu dari 47 orang yang ditangkap sepanjang akhir pekan setelah bentrokan yang mengakibatkan 16 petugas terluka. Mereka yang ditangkap dituduh melakukan serangkaian pelanggaran termasuk keributan, penyerangan, kepemilikan senjata dan gangguan kekerasan.

Dilansir Daily Mail, Rabu (21/9/2022), Dharmesh Lakhani yang telah tinggal di kota itu selama lebih dari 50 tahun dan bekerja di masjid-masjid setempat mengatakan dia merasa pengaruh luar yang memicu kerusuhan. “Ini telah berkembang perlahan dan apa yang terjadi pada pertandingan kriket bertindak sebagai pemicu. Sekarang perasaan pribadi saya adalah jika hanya orang-orang dari Leicester, semuanya akan tenang. Saya merasa ada pengaruh luar. Kami benar-benar hanya membutuhkan orang-orang Leicester, organisasi Hindu, organisasi Muslim, otoritas kami, polisi dan dewan lokal kami dan kami dapat menyelesaikan ini secepat mungkin,” kata Lakhani.

Wali Kota Leicester Sir Peter Soulsby mengaku bingung dengan kerusuhan yang terjadi. Sebab, biasanya, kota sangat damai. Menurut dia, masalah itu dipicu oleh dari media sosial dan orang-orang yang datang dari luar.

“Cara polisi menangani insiden ini sangat efektif. Saya telah berbicara dengan banyak pemimpin masyarakat dan mereka melakukan apa yang mereka bisa untuk membawa Leicester normal kembali,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement