REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan mobilisasi militer dan ancaman nuklir Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukan invasi ke Ukraina gagal. Ia mengecam pengumuman Putin sebagai pernyataan yang tidak bisa diterima.
"Kanada mengecam Putin yang meningkatkan eskalasi perang dengan tidak bertanggung jawab, mobilisasi pasukan dengan sepihak, ancaman nuklirnya, serta referendum terburu-buru Rusia untuk mencoba menganeksasi sebagian Ukraina sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima," kata Trudeau pada wartawan di New York saat menghadiri Majelis Umum PBB, Kamis (22/9/2022).
"Perilaku Putin menunjukkan bagaimana invasinya gagal," kata Trudeau.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Rabu (21/9/2022) Putin mengumumkan mobilisasi pasukan pertama Rusia sejak Perang Dunia II dan berencana menganeksasi sebagian Ukraina. Ia juga mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk membela Rusia.
"Ini bukan gertakkan," katanya.
Trudeau mengatakan perintah wajib militer Putin merupakan "satu langkah lebih dekat untuk mengakui ia tidak ingin mengakui pada rakyat Rusia ada hal-hal yang tidak sesuai dengan rencananya."
Moskow menyebut invasi ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk "melucuti" senjata negara tetangganya dan mencabut akar nasionalis yang berbahaya. Barat mengatakan Rusia ingin menaklukan wilayah Ukraina yang melepaskan diri dari cengkraman Moskow sejak merdeka tahun 1991.
Putin menyampaikan pengumumannya usai pasukan Rusia dipukul mundur oleh serangan balik Ukraina di sebagian wilayah timur laut bulan ini. Trudeau mengatakan ancaman nuklir harus ditanggapi dengan serius dan Barat harus "menolaknya dengan sangat tegas."
Ia menambahkan Kanada akan melanjutkan dukungannya pada Kiev. Dengan memperkuat sanksi pada Rusia dan mengirimkan bantuan militer ke Ukraina.