REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) menyampaikan produksi jagung nasional untuk pakan ternak pada 2022 akan mengalami surplus sehingga aman untuk kebutuhan dalam. Meski demikian, pemerintah mengakui data jagung nasional masih perlu dibenahi untuk mendapatkan data yang lebih riil.
Direktur Ketersediaan Pangan, NFA, Budi Waryanto, menuturkan, produksi jagung periode Januari-September 2022 semula diproyeksi surplus 2,7 juta ton. Namun, dari penghitungan data terbaru, angka surplus jagung kemungkinan turun di kisaran 2,3 juta ton hingga 2,5 juta ton.
"Jagung tetap cukup aman karena stok akhir tahun akan lebih dari 100 persen dari kebutuhan bulanan," kata Budi dalam webinar Pataka, Kamis (22/9/2022). Tercatat, rata-rata kebutuhan jagung pakan bulanan secara nasional mencapai 800 ribu ton.
Kendati diyakini surplus, NFA menilai perbaikan data jagung masih harus dilakukan. Pihaknya mendorong agar Badan Pusat Statistik (BPS) dapat segera menyelesaikan pendataan jagung dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA) seperti yang telah digunakan pada beras.
"Kami berharap semua data akan semakin clear," katanya.
Budi mengatakan, NFA juga tengah mengkaji harga acuan untuk jagung yang sesuai dengan situasi saat ini. Sebelumnya, harga jagung pipilan kering kadar air 15 persen terbaru ditetapkan sebesar Rp 4.200 per kg dari sebelumnya Rp 3.150 per kg.
Namun, ia mengakui masih terdapat diskusi panjang lantaran adanya peningkatan harga BBM yang bisa berdampak pada kenaikan biaya produksi. "Kami sedang mengawal peraturan badan untuk ini mudah-mudahan segera selesai," ujar dia.
Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Ismail Wahab, menambahkan, pada tahun depan, pihaknya bersama BPS akan melakukan Survei Cadangan Jagung Nasional (SCJN). Survei itu dilakukan untuk mengetahui secara detail sebaran pasokan jagung yang selama ini telah diklaim surplus.
Survei nasional sebelumnya telah dilakukan untuk komoditas beras. Ismail memaklumi jika masih banyak pihak yang meragukan data surplus jagung karena tidak dapat membuktikan secara riil keberadannya. Karena itu, survei yang bakal digelar akan memberikan gambaran dan bukti produksi yang dihasilkan.
"Ini sama seperti kemarin waktu padi. Tiap tahun surplus lalu di mana? Akhirnya kita survei cadangan beras nasional dan datanya ternyata klop. Jagung ini karena kita belum tahu saja karena belum dilakukan survei," ujar dia.