Kamis 22 Sep 2022 17:40 WIB

BI Kerek Suku Bunga Acuan, IHSG Kembali Naik ke Level 7.200

Suku bunga acuan naik menjadi 4,25 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). Ierakhir di zona hijau pada penutupan perdagangan Kamis (22/9/2022). IHSG terapresiasi sebesar 30 poin atau menguat 0,43 persen ke level 7.218,90.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). Ierakhir di zona hijau pada penutupan perdagangan Kamis (22/9/2022). IHSG terapresiasi sebesar 30 poin atau menguat 0,43 persen ke level 7.218,90.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada penutupan perdagangan Kamis (22/9/2022). IHSG terapresiasi sebesar 30 poin atau menguat 0,43 persen ke level 7.218,90.

Sektor energi mengalami penguatan diikuti barang baku, industri, infrastruktur, transportasi & logistik, konsumen primer, properti & real estate dan keuangan. Nilai yang ditransaksikan pada perdagangan hari ini Rp 14,37 triliun. 

Baca Juga

Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan pergerakan IHSG masih terpantau optimistis di tengah keputusan The Fed yang kembali mengerek suku bunganya secara tajam sebesar 75 bps menjadi 3,25 persen. 

"Hal ini pun direspons oleh Bank Indonesia (BI) dengan kenaikan agresif sebesar 50 bps untuk masing-masing indikator dimana lebih dari perkiraan pasar," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Kamis (22/9/2022).

Suku bunga acuan naik menjadi 4,25 persen, suku bunga deposito nakk menjadi 3,5 persen dan suku bunga pinjaman menjadi 5 persen. Kenaikan suku bunga tersebut untuk memastikan inflasi inti kembali ke kisaran yang ditargetkan yakni 2 - 4 persen pada semester I 2023. 

Penurunan tren perdagangan dunia tetap rendah, dengan gangguan pasokan yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi lebih rendah. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi dan melemahkan daya beli masyarakat. 

Di samping itu, sejumlah sektor berpotensi memburuk seperti properti perbankan dengan basis pinjaman KPR, teknologi dan konsumen non-primer. Gubernur BI turut memangkas pertumbuhan ekonomi dalam negeri di kisaran 2,8 persen pada 2022 dari proyeksi sebelumnya di level 2,9 persen. 

Sementara, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2023 yaitu sebesar 2,6 - 2,7 persen. Pada saat yang sama, pemerintah menganggarkan subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 338,7 triliun yang terdiri dari subsidi sebesar Rp 212 triliun dan cadangan kompensasi energi sebesar Rp 127,7 triliun dengan asumsi harga ICP atau harga minyak mentah dalam negeri sebesar 90 dolar AS per barel dengan kurs Rp 14.800. 

Sepanjang hari ini Indeks LQ45 bergerak menguat 0,33 persen. Saham–saham yang mendominasi penguatan diantaranya ADRO, UNTR, MDKA, BRPT dan BBRI. Sedangkan saham–saham yang mendominasi penurunan diantaranya BMRI, TPIA, ARTO, EMTK dan MIKA. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement