REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Bali Wayan Koster mengembangkan berbagai inovasi kebijakan yang mendukung pembangunan infrastruktur sehingga dapat bersaing atau mengalahkan wisata-wisata berkelas di Eropa.
Koster di Denpasar, Kamis, menyebut hal ini dilakukan untuk membawa pariwisata Bali dapat bersaing dengan Singapura, Malaysia, Bangkok bahkan Eropa. Salah satunya melalui pembangunan infrastruktur, di mana hasil dari kepariwisataan mampu memberikan manfaat ekonomi kepada petani, nelayan, perajin, hingga krama Bali.
"Kemudian membangun infrastruktur monumental dan fundamental untuk mendukung pariwisata serta membangkitkan perekonomian Bali seperti pelindungan kawasan suci Besakih," ujar Koster.
Selain itu, pengembangan wisata juga akan dilakukan di Kawasan Pusat Kebudayaan Bali, Jalan alternatif Singaraja, Mengwitani, Pelabuhan Segitiga Sanur, Sampalan, dan Bias Munjul.
Selanjutnya, Bali Maritime Tourism Hub, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Bendungan Sidan, Bendungan Tamblang, pembangkit listrik menuju Bali mandiri energi, Turyapada Tower KBS 6.0 dan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi.
Efek domino pariwisata tersebut kemudian dikaitkan Koster dengan ketahanan pangan di Bali, di mana sinergi pembangunan pariwisata dapat memfasilitasi produk hasil pertanian yang dibeli langsung oleh hotel dan restoran di Pulau Dewata.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke Provinsi Bali pada bulan Juni 2022 tercatat sebanyak 181.625 kunjungan, naik 57,10 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 115.611 kunjungan.
Wisatawan yang berasal dari Australia mendominasi kedatangan wisman ke Bali di bulan Juni 2022 seiring dengan bertambahnya pembukaan beberapa rute penerbangan langsung dari Australia ke Bali selama masa pandemi.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan kondisi Bali sedang butuh perhatian lebih untuk pengelolaan serta pengawasan bagi wisatawan. "Pariwisata Bali saat ini dalam kondisi tidak baik-baik saja. Adanya perilaku buruk wisatawan yang melecehkan tempat suci di Bali, kemudian perilaku wisatawan yang tidak menghormati budaya Bali, tidak tertib berlalu lintas, merusak lingkungan, dan membobol ATM," kata Koster.
Tak kalah dari itu, tumpukan sampah di pesisir pantai hingga pedagang asongan yang memaksa wisatawan berbelanja juga disebutkan Koster sebagai kendala yang harus segera diselesaikan.