REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, selama pandemi, sampah plastik dan kertas bekas makanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding sebelumnya. Hal itu disinyalir adanya perubahan pola hidup akibat pembatasan mobilitas, salah satunya adalah meningkatnya layanan pesan kirim makanan cepat saji.
Kasubad UPT DLHK Kota Bandung Oki mengatakan, sebelum pandemi, sampah organik khususnya sampah rumah tangga masih mendominasi total tonase sampah di Kota Bandung, sekitar 60-70 persen. Namun kini jumlah sampah organik maupun anorganik hampir seimbang, meski organik masih sedikit lebih banyak.
“Semenjak pandemi memang angkanya tambah berimbang, karena mungkin gaya hidupnya agak beda. terus adanya gojek, gofood, itu,kan berpengaruh dengan jumlah sampah kemasan,” kata Oki saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (23/9/2022).
“Organik dulunya di atas 60 persen, tapi sekarang hanya di kisaran 60 persen. Karena ada peningkatan sampah anorganik tadi, khususnya plastik,” ujarnya.
Dia juga mengakui bahwa hingga saat ini belum terlihat adanya pengurangan sampah yang signifikan, khususnya untuk sampah anorganik. Meski saat ini DLHK tengah mengadakan program tukar sampah dengan sembako, tetapi jumlah tonase yang terkumpul masih belum berpengaruh besar dibandung volume sampah di Kota Bandung yang mencapai 1.600 ton per hari.
“Untuk saat ini memang volume sampah belum terlihat ada pengurangan signifikan, kalau hanya dari yang kemarin, kegiatan tukar sampah itu, mungkin cuma bisa kumpulkan 2 sampai 3 ton saja. Sedangkan volume sampah kita 1.600 ton per hari, mungkin ada pengurangan tapi tidak signifikan,” ungkapnya.