REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya menargetkan pengerjaan 55 titik sudetan (crossing) di Kota Pahlawan selesai dikerjakan pada November 2022. Sekretaris DSDABM Kota Surabaya, Dwi Djajawardana mengatakan, saat ini proses pengerjaan crossing saluran air tersebut telah mencapai 60 persen.
Dwi menyatakan, pengerjaan crossing di 55 titik itu bertujuan untuk mengurangi beban saluran agar tidak lagi terjadi banjir ketika musim hujan. Dwi menjelaskan, salah satu crossing yang saat ini sedang proses pengerjaan adalah saluran tengah di Jalan Ahmad Yani.
"Itu crossing-nya yang ada di tengah saluran Jalan Ahmad Yani, kita tujukan ke arah timur di rumah pompa Korem Surabaya. Kalau kita tidak melakukan crossing di rumah pompa Korem itu, yang bagian selatan Jalan Ahmad Yani akan menumpuk di saluran Kebon Agung dan Wonorejo," kata Dwi di Surabaya, Jumat (23/9/2022)
Dwi melanjutkan, supaya saluran yang ada di Kebon Agung yang menuju ke Rungkut, Wonorejo tidak terlalu terbebani air, saluran tengah di Jalan Ahmad Yani juga dilakukan pengerukan sedalam empat meter. Sehingga, ketika terjadi genangan di wilayah Gayungan, Kebonsari, Ketintang, dan sekitarnya, air akan terpecah ke dua arah di Wonorejo dan rumah pompa Korem Surabaya.
"Jadi, nanti saluran yang ada di Kebon Agung menuju ke Wonorejo itu terbagi. Ketika crossing itu sudah jadi, secara otomatis air akan ditarik ke arah selatan, tepatnya di Mal City of Tomorrow, kemudian rumah pompa yang ada di Korem Surabaya menarik debit air tersebut," ujar Dwi.
Dwi menambahkan, selain crossing di Jalan Ahmad Yani, DSDABM Surabaya juga sedang mengerjakan crossing di kawasan tengah kota. Salah satu crossing yang dikerjakan itu ada di saluran Jalan Embong Kenongo, yang kemudian diarahkan menuju ke sungai Kalimas. Selain dibuatkan crossing di Jalan Embong Kenongo, DSDABM juga mengerjakan crossing tengah kota di Jalan Kenari.
"Biar nggak terlalu numpuk di rumah pompa dekat Gedung Negara Grahadi atau Kenari. Maka dari itu, kami juga membuat crossing di Jalan Panglima Sudirman untuk ditujukan ke sungai Kalimas," ujar Dwi.
Kepala Bidang Drainase DSDABM Kota Surabaya, Eko Juli Prasetya menerangkan, pengerjaan crossing diharapkan selesai dan difungsikan pada November 2022. Agar crossing yang dibuat di 55 titik itu berfungsi baik, Eko menjelaskan, pengerjaannya dimulai dari hilir.
"Itu (pengerjaan dari hilir) kami lakukan juga untuk mengantisipasi terjadinya perubahan cuaca dadakan. Ketika dikerjakan di hilirnya otomatis di hulunya akan berjalan maksimal," kata Eko.
Eko berharap pengerjaan crossing di beberapa titik tersebut dapat mengurangi debit air ketika terjadi genangan di wilayah tertentu, terutama di tengah kota. Diperkirakan, setelah pembuatan crossing tersebut, genangan air akan berkurang 20 hingga 35 persen dari sebelumnya.
Menurut Eko, crossing yang paling urgen saat ini dikerjakan ada di wilayah Jalan Srikana yang menuju ke rumah pompa Kalidami. Kemudian crossing di Jalan Panglima Sudirman menuju ke Jalan Embong Kenongo dan crossing yang menuju ke arah rumah pompa Karah, Kecamatan Jambangan, serta di Jalan Pahlawan.
Selain membuat crossing, sambung Eko, DSDABM juga membuat 6 rumah pompa baru di kawasan Jalan Pahlawan, Jalan Alun-Alun Contong, dekat Sentra Wisata Kuliner (SWK) Jalan Karah, Jalan Kebonsari, Jalan Sawunggaling, dan Jalan Gadukan.
"Secara umum, pengerjaan crossing di beberapa titik tersebut tidak terlalu banyak kendala berarti. Mungkin hanya utilitas atau kendala material yang harus dibeli dari pabriknya langsung. Kalau itu (material) datangnya cepat, otomatis pengerjaanya akan on time schedule," kata dia.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur memperkirakan, puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Jatim terjadi pada Desember 2022 hingga Februari 2023. Curah hujan diprakirakan sebesar 500 sampai dengan 2.500 milimeter.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Timur, Ahmad Lutfi mengatakan, wilayah Jatim berdasarkan pantauan dan prakiraan dinamika atmosfer laut serta pengolahan data hujan, terbagi menjadi 74 Zona Musim (ZOM).
"Perkembangan Monsun Asia sebagai indikasi masuknya musim hujan, diprediksi pada November 2022 mulai memasuki wilayah Indonesia dengan intensitas yang relatif sama dengan klimatologisnya," ujarnya.