REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengajak para milenial, terutama remaja putri lebih aktif dan menjadi bagian penting mengatasi masalah stunting yang masih tinggi di Indonesia. Dengan menjalani hidup sehat, rajin mengonsumsi vitamin penambah darah serta ikut menyosialisasikan pola konsumsi makanan bergizi di masyarakat, Erick menyatakan milenial juga punya peran mengatasi ketimpangan sosial.
"Angka stunting Indonesia tinggi karena konsumsi susu kita kurang, terendah di Asia Tenggara. Lalu asupan vitamin penambah darah juga sedikit, ditambah perubahan pola konsumsi masyarakat. Perlu kerja kolaboratif untuk mengatasinya. Peran milenial, terutama remaja putri besar karena selain harus melakukan perbaikan dari diri sendiri, mereka bisa mengubah pola hidup sehat di keluarga dan lingkungan," ujar Erick Thohir di Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (23/9/2022).
Erick yang hadir di acara “Gen Z Talent Activation” di SMA Negeri 1 Purwakarta itu menambahkan BUMN punya tanggung jawab memberikan edukasi secara langsung pada para pelajar tentang pencegahan stunting sejak dini. Intervensi itu diperlukan agar remaja-remaja putri Indonesia tumbuh sehat, terbebas dari anemia (kekurangan sel darah merah), dan menjadi generasi penerus yang bebas stunting.
"Pengentasan masalah stunting dan kesehatan merupakan kunci untuk menekan ketimpangan sosial. Milenial harus punya andil mengubah pola konsumsi sehat dirinya dan masyarakat seiring dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi di lingkungannya. Jadi jangan ekonomi tumbuh, atau pariwisata berkembang, namun orang miskin tetap banyak. Itu artinya ekonomi tidak menetes," lanjutnya.
Karena itu, Erick mengapresiasi peran BUMN seperti Bio Farma, PT Phapros, dan Telkomsel yang menggelar kegiatan meminum tablet tambah darah secara serentak di SMA 1 Purwakarta. Edukasi perubahan perilaku untuk mengonsumsi tablet tambah darah setiap hari ini penting sebab dari asupan makanan rutin tidak cukup memenuhi kebutuhan zat besi yang diperlukan tubuh.
"Artinya, investasi terhadap generasi muda kita yang akan melimpah karena bonus demografi juga harus dilakukan di sektor kesehatan sehingga generasi di masa mendatang merupakan generasi sehat Indonesia yang bebas stunting," katanya.
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan terdapat 24,5 persen bayi usia di bawah lima tahun (balita) di Jawa Barat mengalami stunting pada 2021. Jawa Barat menempati urutan ke-19 provinsi dengan prevalensi angka kasus stunting secara nasional atau sekitar 3,2 juta anak balita mengalami stunting.