Sabtu 24 Sep 2022 04:17 WIB

PMI Serukan Pentingnya Keberlanjutan Kaderisasi Relawan Kebencanaan

Social movement adalah basis kuat bagi pengembangan kapasitas kepemimpinan seseorang.

Sekjen PMI Sudirman Said (kanan) menjadi pembicara panel hari ke 3, Community Knows Best: Reducing Disaster Risk for All, Asia-Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (APMC-DRR), di Brisbane, Australia.
Foto: PMI
Sekjen PMI Sudirman Said (kanan) menjadi pembicara panel hari ke 3, Community Knows Best: Reducing Disaster Risk for All, Asia-Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (APMC-DRR), di Brisbane, Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI), Sudirman Said, mengajak semua pihak untuk secara serius melakukan investasi di bidang sumber daya manusia, terutama relawan kemanusiaan dan kebencanaan sebagai bagian dari usaha mengurangi risiko bencana. Kaderisasi relawan kebencanaan harus dilakukan sampai pada level paling bawah, yaitu di Kabupaten, Kecamatan, desa-desa, bahkan sampai di unit keluarga.   

“Semakin banyak warga yang memahami risiko bencana, semakin tersebar di masyarakat, maka usaha mengurangi risiko bencana akan dapat berjalan lebih efektif,” tutur Sudirman Said dalam Panel hari ke 3, dengan judul “Community Knows Best: Reducing Disaster Risk for All”, Asia-Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (APMC-DRR), di Brisbane, Australia.  

Panel yang dipandu oleh Prof Tim Frannery, ahli lingkungan hidup Universitas Melbourne University, menghadirkan empat pembicara: Rosemary Kayess (UN Committee On The Right of Persons With Disabilities), Ricardo Tomas Mana Speck (UNDRR) Geneva, Sudirman Said (PMI), dan Noelene Nabulivou (Diverse Voice and Action for Equality, Fiji.   

Sekjen PMI menjelaskan betapa pentingnya peran masyarakat dan relawan, terutama masyarakat lokal. Dalam banyak bencana, peran relawan lokal sangat menentukan. "Mereka datang paling dulu ke lapangan, dan meninggalkan lokasi bencana paling akhir,” ujarnya.   

Karena itu, salah satu strategi pengurangan risiko bencana adalah dengan melakukan pendidikan dan penerangan kepada masyarakat secara luas, agar jejaring penanggulangan bencana terbentuk di setiap komunitas. Pada tingkat keluarga, minimal satu anggota keluarga harus memahami risiko dan cara-cara penanggulangan bencana.   

"Bila usaha ini kita lakukan secara kolektif, maka risiko bencana bisa dapat dikelola dengan baik,” tambah mantan deputi kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias ini.

Sudirman menambahkan perlunya perhatian khusus untuk generasi muda, seperti Gerakan Palang Merah Remaja dan Gerakan Pramuka. Kepada berbagai stakeholders internasional termasuk IFRC, ICRC, UN Agencies, dan Lembaga-lembaga Donor global, PMI menyerukan agar secara bersama-sama melakukan investasi besar-besaran bagi kaderisasi relawan kebencanaan. 

Menteri ESDM 2014-2016 ini menjelaskan aktivitas kerelawan merupakan sarana pembelajaran kepemimpinan yang sesungguhnya.  Pengalaman yang diperoleh sebagai penggerak kegiatan kemanusiaan merupakan modal bagi pengembangan kepemimpinan anak-anak muda. 

Social movement adalah basis kuat bagi pengembangan kapasitas kepemimpinan seseorang. Memberi perhatian dan kesempatan pada generasi muda dan kader relawan kebencanaan merupakan pesan kuat bagi keberlangsungan usaha pengurangan risiko bencana, karena merekalah pemilik masa depan,” ujarnya,   

Sementara itu Panelis, Rosemary Keyess menekankan perlunya penguatan institusional untuk memberi perhatian penuh dan pelibatan warga masyarakat penyandang disabilitas. Sedangkan Ricardo Thomas Mana Speck menggarisbawahi penguatan framework Disaster Risk Reduction (DRR) dengan rencana aksi nyata, terutama dalam kaitannya dengan rencana pertemuan puncak DRR yang akan diselenggarakan di New York pada tahun depan.   

Pada kesempatan ini, Sekjen PMI juga menjelaskan contoh-contoh betapa resiliensi masyarakat sangat penting artinya dalam penanganan bencana. Tradisi Nandong Smong di Pulau Simeleu, pulau kecil di Lautan Hindia, terbukti telah menyelamatkan warga dari hempasan tsunami yang menghantam Aceh pada tahun 2004.  "Ini adalah contoh local wisdom yang harus dikembangkan di berbagai wilayah yang luas dan memiliki beragam tradisi seperti Indonesia,” imbuhnya.   

Konperensi Tingkat Menteri Asia Pasific di bidang Pengurangan Risiko Bencana ini merupakan kelanjutan dari the Global Platform for Disaster Risk Reduction yang telah dilaksanakan di Bali, pada Mei 2022. APMC-DRR berlangsung selama empat hari, diikuti oleh 3.500 peserta dari 58 Negara Asia Pasific. Sejumlah menteri dari berbagai bidang dan berbagai negara hadir dan turut menjadi pembicara dalam forum ini.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement