Sabtu 24 Sep 2022 08:54 WIB

Minum Dua Botol Soda per Hari Tingkatkan Risiko Kematian Akibat Kanker

Studi tunjukan minum soda tingkatkan risiko kanker terkait obesitas.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Studi tunjukan minum soda tingkatkan risiko kanker terkait obesitas.
Foto: www.pxhere.com
Studi tunjukan minum soda tingkatkan risiko kanker terkait obesitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan antara gula dan kesehatan manusia adalah hubungan yang kompleks, tetapi penelitian baru telah menambahkan beberapa detail baru seputar kebiasaan konsumsi minuman manis atau tinggi gula seperti soda. Studi tersebut menunjukkan bahwa minum dua porsi atau lebih minuman manis setiap hari dapat meningkatkan risiko kematian akibat kanker terkait obesitas, yang tampaknya terkait dengan indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi.

Studi ini berfokus pada minuman manis dan hubungannya dengan risiko kematian dari berbagai jenis kanker. Data tersebut berkaitan dengan kebiasaan konsumsi lebih dari 900 ribu subjek yang bebas kanker pada tahun 1982, dengan penilaian lanjutan yang dilakukan pada tahun 2016.

Baca Juga

Pada titik ini, 135.100 peserta telah meninggal karena kanker, dengan pemeriksaan keterkaitan dengan kebiasaan konsumsi minuman menawarkan beberapa wawasan yang berguna. Di antara mereka adalah temuan bahwa pria dan wanita yang minum dua porsi atau lebih (satu porsi yakmi 355 ml) minuman manis setiap hari memiliki lima persen peningkatan risiko kematian dari beberapa jenis kanker.

Tetapi obesitas terkait secara khusus dengan kanker. Peningkatan risiko ini menjadi nol setelah penyesuaian untuk BMI. Oleh karena itu para ilmuwan menyimpulkan bahwa tingkat kematian yang lebih tinggi yang berasal dari konsumsi minuman manis sebagian dimediasi melalui obesitas, dan bahwa penelitian di masa depan harus mempertimbangkan peran BMI dalam studi risiko kanker dari minuman manis.

“Hasil ini harus menginformasikan kebijakan publik mengenai konsumsi minuman manis untuk mengurangi risiko kanker bagi pria dan wanita di AS,” kata Dr Marjorie McCullough, penulis utama studi tersebut, seperti dilansir dari New Atlas, Sabtu (24/9/2022).

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Cancer, Epidemiology, Biomarkers & Prevention.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement