Sabtu 24 Sep 2022 18:02 WIB

Demonstrasi Kematian Mahsa Amini di Iran Telan 35 Korban Jiwa

Solidaritas kepada Mahsa Amini dilakukan dengan demonstrasi dan membakar jilbab.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Lava Baker memegang jilbab dan plakat selama protes terhadap kematian Mahsa Amini Iran di Iran, di Lapangan Martir di pusat kota Beirut, Lebanon, Rabu, 21 September 2022. Protes meletus di seluruh Iran dalam beberapa hari terakhir setelah Amini , seorang wanita berusia 22 tahun, meninggal saat ditahan oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian Islami yang diterapkan secara ketat di negara itu. Demonstrasi Kematian Mahsa Amini di Iran Telan 35 Korban Jiwa
Foto: AP Photo/Bilal Hussein
Lava Baker memegang jilbab dan plakat selama protes terhadap kematian Mahsa Amini Iran di Iran, di Lapangan Martir di pusat kota Beirut, Lebanon, Rabu, 21 September 2022. Protes meletus di seluruh Iran dalam beberapa hari terakhir setelah Amini , seorang wanita berusia 22 tahun, meninggal saat ditahan oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian Islami yang diterapkan secara ketat di negara itu. Demonstrasi Kematian Mahsa Amini di Iran Telan 35 Korban Jiwa

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Korban meninggal dalam demonstrasi memprotes kematian Mahsa Amini di Iran telah mencapai setidaknya 35 orang. Sebelumnya jumlah korban resmi mencapai 17 orang, termasuk lima personel keamanan.

"Jumlah orang yang tewas dalam kerusuhan baru-baru ini di negara ini telah meningkat menjadi 35 orang," kata kantor berita Borna yang terafiliasi dengan pemerintah Iran dalam laporannya pada Jumat (23/9/2022) malam.

Baca Juga

Pada Jumat malam, Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi kembali menyampaikan Mahsa Amini tidak tewas akibat dipukuli oleh polisi moral negara tersebut. "Laporan dari badan pengawas diterima, saksi diwawancarai, video ditinjau, pendapat forensik diperoleh dan ditemukan bahwa tidak ada pemukulan," kata Vahidi seperti dikutip oleh media Iran, dilaporkan Al Arabiya.

Dia mengindikasikan pemerintah sedang menyelidiki penyebab kematian Amini. “Kita harus menunggu pendapat akhir dari pemeriksa medis, yang membutuhkan waktu," ucapnya.

Vahidi mengkritik mereka yang mengambil posisi yang tidak bertanggung jawab, yakni dengan menghasut kekerasan dan mengikuti Amerika Serikat, negara-negara Eropa serta kelompok anti-revolusioner. Kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun, telah memicu gelombang demonstrasi di Iran.

Perempuan-perempuan di sana turut turun ke jalan dan menunjukkan solidaritasnya kepada Amini dengan cara membakar jilbab mereka beramai-ramai. Kerusuhan pun tak terhindarkan.

Pada 13 September lalu, polisi moral Iran menangkap Mahsa Amini di Teheran. Dia ditangkap karena jilbab yang dipakainya dianggap tidak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan jilbabsaat berada di ruang publik.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

Amini kemudian dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini tiba-tiba mengalami masalah jantung.

Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.

Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Mereka menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement