Ahad 25 Sep 2022 05:44 WIB

Menelusuri Jejak Sejarah di Gedung Sarinah Kota Malang

Sejarah gedung Sarinah di kawasan Kayutanga, Kota Malang, Jawa Timur. Gedung Sarinah di Kota Malang pernah menjadi tempat sidang BP KNIP. BP KNIP merupakan cikal bakal dari lembaga DPR RI.

Rep: wilda fizriyani/ Red: Partner
.
Foto: network /wilda fizriyani
.

Suasana Gedung<a href= Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Kota Malang. Gedung ini pernah menjadi rumah dinas Bupati Malang pertama, bangunan de Societeit Concordia dan tempat sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Wilda Fizriyani" />
Suasana Gedung Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Kota Malang. Gedung ini pernah menjadi rumah dinas Bupati Malang pertama, bangunan de Societeit Concordia dan tempat sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Wilda Fizriyani

Kawasan Kayutangan di Kota Malang memang dikenal masih banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah. Hal ini tak terkecuali bangunan yang kini menjadi Gedung Sarinah di Jalan Basuki Rahmat, Klojen, Kota Malang.

Jika diamati, pusat perbelanjaan ini terletak tidak jauh dari Alun-Alun Kota Malang. Kemudian juga berdekatan dengan bangunan Bank Indonesia (BI) Malang. Selain itu, juga terdapat Gereja Hati Kudus Yesus yang termasuk bangunan tua di Kota Malang.

Ada pun mengenai nilai kesejarahannya, Sejarawan FX Domini BB Hera mengatakan, gedung Sarinah tersebut pada awalnya merupakan kediaman Bupati Malang. Lebih tepatnya menjadi rumah dinas Bupati Malang pertama yang bernama Raden Toemenggoeng Notodiningrat I. Pria tersebut tercatat mulai menjabat sebagai bupati pada 1819 hingga 1839 Masehi (M).

Setelah itu, gedung dikuasai oleh Belanda dan dijadikan tempat berkumpul orang-orang elit. "Atau namanya dikenal sebagai Societeit Concordia, yang digambarkan bangunan itu banyak pilar-pilar seperti pilar-pilar klasik Yunani," ucap pria yang disapa Sisco tersebut.

Selanjutnya, gedung tersebut pernah menjadi tempat rapat akbar Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) pada 25 Februari sampai 5 Maret 1947. KNIP merupakan cikal bakal dari Dewan Permusyawaratan Perwakilan (DPR) RI. Saat itu banyak tokoh bangsa yang hadir seperti Seokarno, Mohammad Hatta, Edward Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, Jenderal Soedirman, Bung Tomo dan sebagainya.

Dari kemegahan dan cerita sejarah dari bangunan tersebut, Sisco mengungkapkan, ada kisah menarik yang tidak banyak diketahui banyak orang. Bangunan Sarinah di Kayutangan ini ternyata memiliki cerita tersendiri bagi Husni Kasdut. Sosok ini merupakan penjahat terkemuka pada masanya di Jawa Timur (Jatim)

.Menariknya, Husni menemukan cinta dari seorang perempuan di mana untuk pertama kalinya menjalani hubungan lebih jauh. Husni sendiri pernah menjadi tentara Heiho pada zaman tentara Jepang. Kemudian pada masa revolusi, pria kelahiran Blitar itu pun ikut berjuang untuk Indonesia.

Menurut Sisco, Husni pernah menjadi pengurus di tempat yang kini menjadi Gedung Sarinah tersebut. Pada momen tersebut, dia bertemu dengan perempuan asal Sulawesi yang masuk di Kota Malang. Dia berkenalan dan mulai menjalin asmara dengan perempuan yang dimaksud di tempat tersebut.

"Jadi gedung ini bukan hanya menyimpan sidang BP-KNIP. Namun kisah hidup Husni Kasdut tertinggal juga di sini asmaranya," jelas alumnus sejarah Universitas Negeri Malang (UM) tersebut.

Pada periode sidang BP KNIP, suasana gedung Sarinah saat itu cukup ramai. Delegasi yang hadir juga banyak mendapatkan fasilitas yang salah satunya pembagian buku kupon. Kemudian juga mendapatkan tanda pengenal untuk bisa menyetop kendaraan yang digunakan sebagai fasilitas di gedung tersebut.

Menurut Sisco, gedung ini sebenarnya menyediakan beragam makanan untuk para delegasi. Makanan-makanan tersebut ada yang diperuntukkan untuk makan siang, makan malam, bahkan sarapan juga. Namun jika delegasi mau mencari makan di luar gedung, maka panitia mempersilahkannya.

Selanjutnya, gedung tersebut tercatat pernah dibumihanguskan pada masa agresi militer. Hal ini lebih tepatnya pada era 1947 di mana tentara-tentara Belanda mulai berdatangan ke Kota Malang melalui Lawang. Karena kedatangan tersebut, para pejuang pun membakar sejumlah bangunan penting termasuk gedung Sarinah sebagai strategi gerilya.

Pada saat dibumihanguskan, bagian tengah pojokan bangunan Sarinah hancur. Namun untuk bagian tembok kanan dan kiri bangunan masih aman. Sebab itu, bangunan Sarinah dianggap masih meninggalkan nilai sejarah yang kuat.

Manajemen Sarinah sendiri tidak mengetahui fungsi dari bangunan tersebut pada periode 1951 sampai 1970. Mereka hanya bisa menceritakan ketika sudah menjadi bangunan dua lantai pada 1970. Seperti diketahui, bangunan tersebut resmi menjadi pusat perbelanjaan modern pertama di Kota Malang pada tahun tersebut.

sumber : https://literat.republika.co.id/posts/179278/menelusuri-jejak-sejarah-di-gedung-sarinah-kota-malang
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement