Ahad 25 Sep 2022 07:05 WIB

Iran akan Ambil Langkah Tepat untuk Merespons Tudingan Ukraina

Ukraina menuding Iran memasoknya drone untuk Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Drone militer Iran.
Foto: EPA-EFE/Iranian Army office
Drone militer Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan Teheran berencana mengambil "langkah yang tepat" dalam merespons keputusan Ukraina menurunkan hubungan diplomatiknya. Keputusan Ukraina diambil usai muncul laporan Iran pasokan drone ke Rusia.

"(Ukraina harus) menahan diri dari terpengaruh oleh pihak ketiga yang ingin merusak hubungan kedua negara," kata Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataannya, Sabtu (24/9).

Baca Juga

Pada Jumat (23/9) lalu Ukraina mengatakan akan mencabut akreditasi duta besar Iran dan mengurangi staf diplomatik Iran di Kiev karena keputusan Teheran memasok drone ke Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut langkah Iran sebagai "kolaborasi dengan penjahat."

Menurut Kanaani, keputusan Ukraina berdasarkan laporan yang belum terkonfirmasi dan dihasilkan sensasi media oleh pihak asing. Ia tidak menyinggung langsung soal drone.

Sebelumnya Iran membantah memasok pesawat tanpa awak atau drone ke Rusia. Tapi surat kabar garis keras Iran, Kayhan melaporkan "ratusan drone bersenjata" sudah terjual.

"Untuk sementara, drone-drone Iran telah menggelar operasi di langit-langit Ukraina melawan NATO (Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara) kata harian yang kepala redaksinya ditunjuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Komando militer selatan Ukraina mengatakan Jumat (23/9) lalu mereka telah menembak jatuh setidaknya tujuh drone Iran termasuk enam drone "kamikaze" Shahed-136 di atas laut dekat Pelabuhan Odesa dan Pivdennyi.

Komando menambahkan mereka menembak satu satu drone besar Mohajer-6 pertama kali dilihat di Ukraina. Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mencicit dalam bahasa Inggris, Iran mendukung Rusia "dengan memberikan drone modern pada negara terbelakang untuk membunuh rakyat Ukraina."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement