REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) melepaskan tembakan rudal balistik ke laut sebelah timur negara itu. Tembakan itu dilepaskan tepat sebelum latihan militer Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) dan kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke kawasan. Latihan militer bersama itu melibatkan kapal induk.
Pada Ahad (25/9) militer Korsel mengatakan rudal balistik tunggal jarak pendek ditembakan dekat daerah Taechon, Provinsi Pyongan Utara, sebelum pukul 07.00 pagi waktu setempat.
Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada memperkirakan ketinggian tembakan rudal itu mencapai 50 kilometer dan kemungkinan terbang dengan jalur yang tidak biasa. Hamada mengatakan rudal itu jatuh di luar zona ekonomi eksklusif Jepang. Belum ada laporan rudal itu menimbulkan masalah pada lalu lintas kapal.
Rudal itu ditembakan setelah kapal induk kekuatan nuklir AS, USS Ronald Reagan tiba di Korsel untuk mengikuti latihan gabungan dengan pasukan Korsel dan menjelang kunjungan Harris ke Seoul pekan ini.
Ini pertama kalinya Korut menembakan rudal balistik setelah melepaskan delapan tembakan rudal jarak pendek dalam satu satu pada awal Juni lalu. Saat itu AS mendorong agar lebih banyak sanksi yang dijatuhkan ke Korut karena melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Korut menolak resolusi PBB sebagai intervensi hak mempertahankan diri dan eksplorasi ruang angkasa. Pyongyang selalu mengkritik latihan gabungan AS dan Korsel sebagai bukti kebijakan memusuhi mereka.
Rusia dan China juga mengkritik latihan ini, kedua negara itu sudah meminta semua pihak untuk tidak meningkatkan ketegangan di kawasan. Moskow dan Beijing juga mendesak agar sanksi ke Korut dilonggarkan.
Setelah Korut menggelar serangkaian uji coba rudal awal tahun ini, termasuk uji coba rudal antar-benua untuk pertama kalinya sejak 2017, AS dan Korsel mengatakan mereka akan meningkatkan latihan gabungan dan pertunjukan kekuatan militer untuk mencegah Pyongyang.
"Latihan pertahanan tidak akan mencegah uji coba rudal Korea Utara," kata profesor hubungan internasional Ewha University, Leif-Eric Easley.
Namun kerja sama keamanan AS dan Korsel membantu mencegah serangan Korut dan sebagai serangan balik dari sikap agresif Pyongyang. Ia mengatakan sekutu tidak boleh membiarkan provokasi menghentikan mereka menggelar latihan militer dan pertukaran yang diperlukan untuk menjaga aliansi.
Mengutip militer Korsel pada Sabtu kemarin kantor berita Yonhap melaporkan Korut mungkin juga mempersiapkan uji coba rudal balistik dari kapal selam (SLBM).