Ahad 25 Sep 2022 14:08 WIB

CIA Ungkap Model Rumah Persembunyian Mendiang Pemimpin Alqaeda

Maket rumah persembunyian pemimpin Alqaeda ini dipajang di Museum CIA, di Virginia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Mendiang pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri
Foto: Reuters
Mendiang pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri

REPUBLIKA.CO.ID, VIRGINIA -- Central Intelligence Agency (CIA) telah mengungkapkan model rumah persembunyian mendiang pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri. Model rumah tersebut digunakan untuk memberikan gambaran kepada Presiden Joe Biden tentang keberadaan al-Zawahiri sebelum CIA membunuhnya dalam serangan pesawat tak berawak di Afghanistan.

Tak lama setelah kematian al-Zawahiri, pejabat Gedung Putih merilis foto yang menunjukkan Biden sedang berbicara dengan Direktur CIA William Burns. Sementara sebuah kotak kayu tertutup terletak di atas meja di depan mereka.

Baca Juga

Isi kotak itu adalah sebuah maket yang menggambarkan rumah berdinding putih dengan setidaknya lima lantai dan tiga balkon yang sebagian tertutup. Maket rumah persembunyian pemimpin Alqaeda ini dipajang di Museum CIA, di Virginia.

Museum ini tertutup untuk umum dan akses umumnya terbatas pada karyawan dan tamu agensi. CIA mengizinkan jurnalis untuk mengunjungi museum yang baru saja direnovasi pada saat peringatan 75 tahun badan intelijen tersebut. Ini sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menampilkan sejarah dan pencapaian CIA.

Sebagian besar pameran membutuhkan waktu bertahun-tahun atau dekade untuk dideklasifikasi. Maket rumah al-Zawahiri adalah artefak langka yang telah digunakan oleh petugas intelijen.

Al-Zawahiri tewas pada akhir Juli, atau hampir setahun setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan mengakhiri dan perang dua dekade di mana CIA memiliki peran sentral. Badan intelijen tersebut mengirim pasukan Amerika, dua minggu setelah serangan teroris 11 September 2001.  Dua dekade kemudian, AS menarik aset intelijen dan membantu evakuasi ribuan sekutu Amerika dan Afghanistan. 

Pemerintahan Biden mengatakan, serangan terhadap al-Zawahiri menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempertahankan kapasitas kontraterorisme “di luar cakrawala” di Afghanistan. Kritikus pemerintah dan beberapa analis mempertanyakan apakah kehadiran al-Zawahiri di lingkungan Kabul menunjukkan kelompok-kelompok ekstremis seperti Alqaeda atau ISIS tumbuh lebih kuat di bawah kepemimpinna Taliban, yang sekarang memerintah Afghanistan.

Serangan drone itu sangat berarti bagi CIA, yang kehilangan tujuh anggotanya ketika berupaya menemukan al-Zawahiri. Dia adalah komplotan utama serangan 11 September dan saat itu merupakan komandan kedua Alqaeda.

Tujuh anggota CIA terbunuh ketika seorang dokter Yordania yang berpura-pura memiliki informasi tentang al-Zawahiri melakukan bom bunuh diri pada 2009 di sebuah pangkalan di Khost, Afghanistan. Dokter itu diketahui bekerja untuk Alqaeda.

Tujuh bintang untuk menghormati anggota CIA yang terbunuh di Khost, dipajang di dekat maket rumah persembunyian al-Zawahiri. Bintang-bintang itu sebelumnya merupakan bagian dari tugu peringatan di Afghanistan yang diturunkan saat AS mundur.

Artefak lain yang baru terungkap termasuk gambar konsep untuk film yang dibuat sebagai bagian dari operasi pada 1980 untuk menyelamatkan diplomat Amerika dari Iran. Film tersebut berjudul "Argo" yang dirilis pada 2012 dan dibintangi Ben Affleck. 

Selain itu, di museum CIA terdapat seragam kru dan barang-barang lainnya dari Glomar Explorer, yaitukapal buatan Howard Hughes yang berfungsi sebagai kedok untuk misi pada 1970-an. Misi ini bertujuan untuk memunculkan kapal selam Soviet yang tenggelam, yang membawa rudal balistik bersenjata nuklir. 

Museum CIA juga menyertakan beberapa informasi tentang momen-momen gelap badan intelijen tersebut. Salah satunya peran CIA yang menyebarkan informasi bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal sebelum invasi AS pada 2003. Namun informasi itu tidak dapat diverifikasi. Selain itu, pengungkapan dan eksekusi beberapa mata-mata utama yang dimiliki AS di Uni Soviet.

Wakil Direktur Museum CIA, Janelle Neises, mengatakan, lelucon badan intelijen tersebut tentang koleksi museum adalah "museum terbesar yang tidak akan pernah Anda lihat."  Jumlah pengunjung tahunan museum tidak pernah disebutkan.  Di antara tamu yang mengunjungi museum adalah anggota parlemen AS, petugas dari badan penegak hukum dan intelijen lainnya, serta pejabat asing.

CIA ingin lebih terbuka kepada publik, dengan mengungkapkan sejumlah sejarah badan intelijen tersebut. Staf CIA telah mengunggah beberapa dari sekitar 600 pameran museum di media sosial. Belum lama ini CIA memulai podcast dengan Burns sebagai tamu pertamanya.

"Tujuan utama museum ini adalah untuk memperkuat pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan badan (intelijen)," kata Neises.  

Beberapa veteran CIA yang bertugas dalam misi yang digambarkan di museum menyumbangkan artefak untuk koleksi. Namun badan tersebut sekarang mempekerjakan petugas berusia sekitar dua puluhan tahun untuk menjelaskan tentang serangan 11 September 2001.

“Idenya di sini adalah saat Anda akan makan siang atau pergi rapat, berangkat 10 menit lebih awal, pulang 20 menit lebih awal, dan luangkan waktu untuk melihat satu bagian dan benar-benar belajar tentang sejarah Anda,”  kata Neises.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement