REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Keputusan Marvel Studios menampilkan pahlawan super Israel yang disebut sebagai “Sabra” dalam filmnya yang akan datang, telah menuai kemarahan dari seniman Palestina. Mereka mengatakan itu adalah bukti rasisme dan kolonialisme kulit putih atau whitewashing.
Akhir pekan lalu, Marvel secara resmi mengumumkan bahwa karakter Sabra, yang beroperasi sebagai agen intelijen Israel atau Mossad akan ditampilkan dalam film Captain America 2024. Pengumuman Marvel tersebut menuai kemarahan dari orang-orang Palestina. Sebagai tanggapan, Marvel mengatakan, karakter Sabra masih dalam tahap pengembangan dan pembuat film dapat mengambil pendekatan baru.
Seniman di Palestina mengatakan, pahlawan super "Sabra" yang diusung oleh Marvel adalah perpanjangan dari bias barat yang mendukung Israel.
“Sebagai seseorang yang bekerja di bidang ini, saya pikir ini adalah cerminan dari tingkat penghinaan dan rasisme yang menjadi dasar dari perusahaan semacam itu,” ujar seorang pembuat komik Palestina, Michael Jabareen, dilansir Aljazirah, Ahad (25/9).
“Kebijakan mereka adalah mendistorsi fakta dalam liputan mereka dengan menggunakan senjata budaya seperti komik dan film. Ini adalah proses memberi makan penonton dengan propaganda. Marvel memiliki Captain America, Captain Britain semua karakter ini adalah cerminan dari proses memuliakan nasionalisme dan mengaburkan realitas kolonial negara-negara ini,” kata Jabareen yang dibesarkan di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Jabareen menggambarkan, karakter Israel sebagai pegawai entitas kolonial dan pendudukan militer, khususnya Mossad memiliki sejarah yang sangat kotor. Dia menambahkan, Mossad telah membunuh tokoh perlawanan bersenjata, termasuk ikon budaya seperti penulis Ghassan Kanafani.
Di Israel, Mossad dianggap sebagai pembela negara. Banyak orang Israel mendukung tindakan Mossad yang dianggap sebagai operasi untuk melindungi orang Yahudi, meskipun ada kritik internasional terhadap metode yang digunakan Mossad di masa lalu, seperti penculikan dan pembunuhan.
Marvel pertama kali memperkenalkan karakter Israel Sabra dalam buku komik Incredible Hulk pada 1980. Dalam komik itu, Sabra adalah mutan yang bekerja untuk dinas intelijen Israel.
Nama Sabra, menyebabkan banyak kontroversi di kalangan warga Palestina. Dalam bahasa Ibrani, kata tersebut digunakan oleh orang Israel untuk merujuk pada orang Yahudi yang lahir di Israel. Ini mengacu pada kata serupa dalam bahasa Arab yaitu "saber". Dalam bahasa Arab, saber adalah buah kaktus, yang tumbuh secara luas di seluruh negeri dan merupakan simbol kegigihan bagi warga Palestina setelah peristiwa Nakba pada 1948.
Pemakaian nama Sabra juga mengacu pada peristiwa Sabra dan Shatila, yaitu pembantaian terhadap ribuan pengungsi Palestina di Lebanon pada 1982. Hal membuat keputusan Marvel mengangkat superhero Sabra semakin kontroversial.