REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Financial UOB Kay Hian Sekuritas Nefo Handojo menyoroti langkah PT PLN (Persero) membangun lini bisnis baru di luar kelistrikan atau Beyond kWh. Dengan subholding PLN Icon Plus, ucap Nefo, PLN merambah pasar layanan internet melalui anak usahanya PT Indonesia Comnets Plus (Icon+) atau Iconnet.
"Penyedia jaringan line seperti bisnis internet masih banyak peluang, tentunya yang punya teknologi dan dana bisa bermain ke sana," ujar Nefo saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Ahad (25/9/2022).
Namun begitu, Nefo menilai PLN sebaiknya tetap fokus pada visi misi perusahaan sebagai penyediaan layanan listrik. Bicara dari sisi bisnis dan dengan kondisi keuangan, menurut Nefo, PLN lebih baik fokus pada sektor listrik dengan lebih mengutamakan perbaikan jaringan listrik dan layanan pelanggan.
"Sementara untuk bisnis internet tidak tumpang tindih dengan Telkom yang sudah lebih berpengalaman dan mempunyai infrastruktur yang tentunya juga mudah untuk ekspansi dibanding PLN yang baru mulai di bisnis ini," ucap Nefo.
Nefo mengatakan para investor juga akan memiliki banyak pertimbangan apabila Iconnet melantai di bursa efek. Nefo menilai investor tentu akan melihat diferensiasi dan nilai lebih Iconnet ketimbang kompetitor yang sudah hadir terlebih dahulu.
"Kalau memang sekarang sudah ada rencana untuk IPO, sebenarnya investor cukup melihat prospek fundamentalnya, posisi keuangan dengan proyeksi ke depan, manajemen, dan melihat kompetisi di segmen market ini, apakah ada faktor keunggulan dibanding kompetitor," kata Nefo.
Associate Director BUMN Research Group LM (Lembaga Management) Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan sebetulnya PLN dan PGN sudah relatif lebih panjang menekuni bisnis internet. Iconnet, lanjut Toto, sudah ada sejak lima tahun sampai enam tahun lalu dengan melakukan utilisasi dari jaringan listrik untuk dipakai sebagai saluran internet. Pun dengan PGN yang sejak tiga tahun lalu masuk bisnis ini dengan utilisasi jaringan internet via jaringan pipa gas.
Toto menyebut hanya Jasa Marga saja yamg belakangan masuk mengumumkan rencana bisnis untuk mengelola internet dengan utilisasi jaringan lintas tol.
"Buat customer menurut saya bagus saja karena semakin banyak suplier maka kualitas produk dan harga akan semakin kompetitif," ujar Toto.
Meski begitu, Toto menilai Kementerian BUMN perlu mencari formula terbaik dalam mengoptimalkan potensi sektor internet bagi kemajuan BUMN. Kementerian BUMN harus menentukan skema terbaik, apakah membiarkan masing-masing BUMN menggarap bisnis internet (stand alone) atau justru melakukan konsolidasi dalam bentuk klaster atau holding khusus jasa layanan internet.
Toto menilai apabila membentuk holding tentu valuasinya harus lebih tinggi dibandingkan saat berdiri sendiri-sendiri. Toto menilai rencana IPO Iconnet pun harus melihat perspektif tersebut.
"Kalau kebijakan Kementerian BUMN membiarkan bisnis ini berkembang, yang mana persaingan dianggap akan menguntungkan efisiensi industri, maka langkah IPO subholding beyond kWh wajar saja. Artinya mereka akan pakai dana publik untuk pengembangan bisnisnya," kata Toto.