Senin 26 Sep 2022 07:20 WIB

Iran Panggil Dubes Inggris dan Norwegia Terkait Kritik Kematian Mahsa Amini

Iran protes atmosfer permusuhan media berbahasa Farsi yang berbasis di London

Rep: Rizky Jaramaya / Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Mahsa Amini, perempuan Iran yang tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab ketat.
Foto: Iran Wire
Mahsa Amini, perempuan Iran yang tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Inggris untuk memprotes atmosfer permusuhan yang diciptakan oleh media berbahasa Farsi yang berbasis di London.  Langkah itu dilakukan di tengah kerusuhan kekerasan di Iran yang dipicu oleh kematian seorang permpuan dalam tahanan polisi.

Situs web Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, mereka telah memanggil Duta Besar Inggris untuk Iran, Simon Shercliff pada Sabtu (24/9/2022) dan memprotes media kritis berbahasa Farsi yang bermarkas di London. Kementerian menuduh outlet berita itu telah memprovokasi gangguan dan menyebar kerusuhan di Iran.

Iran menganggap pelaporan kantor berita tersebut sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri Iran. Teheran menilai tindakan itu bertentangan dengan kedaulatannya. Sementara kantor berita IRNA yang dikelola negara melaporkan, Kementerian Luar Negeri Iran juga memanggil duta besar Norwegia dan memprotes keras pernyataan Presiden parlemen Norwegia, Masud Gharahkhani atas kerusuhan yang meluas di Iran.

Kematian Mahsa Amini (22 tahun) dalam tahanan, setelah ditahan oleh polisi moral Iran memicu kerusuhan di seluruh provinsi Iran dan Ibu Kota Teheran. Protes atas kematian Amini telah menyebar di setidaknya 46 kota, termasuk kota kecil dan desa di Iran.  

Televiso pemerintah menyatakan, setidaknya 41 pengunjuk rasa dan polisi telah tewas sejak protes dimulai pada 17 September. Hitungan Associated Press dari pernyataan resmi oleh pihak berwenang menyatakan, setidaknya 13 orang tewas, dan lebih dari 1.200 demonstran ditangkap.

Bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan terus meletus. Seorang anggota Basij, pasukan sukarelawan Garda Revolusi Iran, dibunuh oleh pengunjuk rasa di Teheran. Sementara anggota Basij lainnya mengalami koma sejak Kamis (23/9/2022) setelah bentrokan jalanan. Kantor berita IRNA melaporkan, anggota Basij yang koma tersebut meninggal dunia di Urmia, Provinsi Azerbaijan Barat pada Ahad (25/9/2022).

Krisis di Iran dimulai sebagai bentuk kemarahan publik atas kematian Amini. Dia ditangkap oleh polisi moral di Teheran karena diduga mengenakan jilbab yang tidak sesuai aturan. Polisi mengatakan dia meninggal karena serangan jantung dan tidak dianiaya. Tetapi keluarga Amini meragukan pernyataan polisi.

Kematian Amini telah memicu kecaman tajam dari negara-negara Barat dan PBB. Unjuk rasa pro-pemerintah juga diadakan di beberapa kota di seluruh Iran pada Ahad. Ribuan orang menghadiri aksi protes di Ibu Kota Enghelab, atau Lapangan Revolusi, sambil mengibarkan bendera Iran. Sementara beberapa pejabat, termasuk juru bicara kabinet, Ali Bahadori Jahromi, menghadiri aksi di Teheran.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement