Senin 26 Sep 2022 13:05 WIB

Mimpi Buruk di Usia Paruh Baya Bisa Jadi Pertanda Demensia

Studi tunjukan penderita demensia kerap alami mimpi buruk di usia paruh baya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Studi tunjukan penderita demensia kerap alami mimpi buruk di usia paruh baya.
Foto: www.freepik.com.
Studi tunjukan penderita demensia kerap alami mimpi buruk di usia paruh baya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mimpi buruk yang muncul di usia paruh baya mungkin bukan sekadar kembang tidur. Bisa jadi, kemunculan mimpi buruk tersebut merupakan pertanda demensia.

Kaitan antara mimpi buruk di usia paruh baya dengan demensia diungkapkan oleh sebuah studi dalam jurnal The Lancet.  Studi yang dipimpin Dr Abidemi Otaiku dari Centre for Human Brain Health di University of Birmingham ini melibatkan lebih dari 600 orang dewasa di Amerika Serikat sebagai partisipan.

Baca Juga

Selama studi berlangsung, para partisipan diminta menjawab serangkaian pertanyaan mengenai kesehatan fisik dan psikologis mereka. Beberapa pertanyaan di antaranya berkisar mengenai seberapa stres para partisipan dan seberapa tinggi kadar stres serta kecemasan mereka.

Hasil studi menunjukkan, orang-orang berusia paruh baya, yaitu 35-64 tahun, yang sering bermimpi buruk saat tidur memiliki kemungkinan lebih besar terdiagnosis demensia di kemudian hari. Hubungan antara mimpi buruk dan demensia tetap terlihat kuat meski faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi kemunculan mimpi buruk dikesampingkan.

Seperti diketahui, salah satu faktor yang memengaruhi kemunculan mimpi buruk adalah kadar stres, kecemasan, atau depresi. Semakin berat masalah-masalah tersebut, semakin sering pula mimpi buruk muncul.

"Ini mengindikasikan, mimpi dan demensia mungkin memiliki hubungan langsung pada sebagian orang," ungkap Dr Otaiku, seperti dilansir HullLive, Senin (26/9/2022).

Dr Otaiku mengatakan, bagian otak yang meregulasi emosi di saat tubuh terjaga juga berperan dalam meregulasi emosi saat tubuh tertidur. Karena itu, mimpi buruk yang muncul sebelum demensia terjadi bisa saja disebabkan neurodegenerasi pada bagian otak tersebut, yang biasanya berperan menurunkan emosi negatif di saat tubuh terjaga dan tidur.

"Kondisi ini bisa menyebabkan depresi dan kecemasan di saat terjaga, dan mimpi buruk di malam hari," pungkas Dr Otaiku.

Menurut Dr Otaiku, mimpi buruk merupakan kondisi yang bisa diobati. Bila mimpi buruk terkait demensia diobati, ada kemungkinan kemunculan demensia di kemudian hari bisa diperlambat atau bahkan dicegah.

"Teori saya, mimpi buruk yang berulang pada sebagian orang dewasa merupakan gejala penyakit Alzheimer atau demensia lain yang paling awal, yang bisa muncul beberapa tahun atau dekade sebelum masalah ingatan dan berpikir muncul," ungkap Dr Otaiku.

Menurut Dr Otaiku, hanya sebagian kecil dari mimpi buruk yang mungkin berkaitan dengan demensia. Mimpi buruk juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti stres, suasana hati yang muram, atau kecemasan. Oleh karena itu, orang-orang yang mengalami mimpi buruk tak perlu merasa khawatir yang berlebihan.

 

Mencegah Demensia

Hingga saat ini, belum ada terapi pengobatan yang bisa menyembuhkan demensia. Akan tetapi, para ilmuwan sudah mengetahui beberapa hal yang bisa membantu meningkatkan kesehatan otak dan menurunkan risiko demensia.

"Misalnya, pola makan sehat, olahraga teratur, dan membatasi asupan alkohol," pungkas Dr Otaiku.

Upaya lain yang dapat membantu menekan risiko demensia adalah berhenti atau menghindari kebiasaan merokok. Mengatasi beberapa masalah lain, seperti kehilangan pendengaran atau isolasi sosial, juga diketahui bisa membantu mencegah terjadinya demensia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement