REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Uganda pada Ahad (25/9/2022) mengatakan, kasus Ebola telah melonjak menjadi 16 orang sementara 18 orang lainnya juga kemungkinan menderita penyakit tersebut. Peningkatan kasus ini memicu kekhawatiran penyebaran wabah Ebola.
Kementerian Kesehatan Uganda mengatakan, jumlah kematian dari kasus yang dikonfirmasi berjumlah empat orang. Sementara 17 lainnya yang diklasifikasikan sebagai kasus kemungkinan juga telah meninggal. Wabah Ebola sekarang telah menyebar ke tiga distrik yang terletak di Uganda tengah.
Pekan lalu, Uganda mengumumkan wabah Ebola. Wabah saat ini, dikaitkan dengan jenis Ebola Sudan yang kemungkinan pertama kali muncul di sebuah desa kecil di distrik Mubende sekitar awal September. Kasus pertama diidentifikasi pada seorang pria berusia 24 tahun yang meninggal awal pekan ini.
Gejala Ebola antara lain kelemahan tubuh yang intens, nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan, muntah, diare dan ruam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jenis Ebola Sudan kurang menular dan telah menunjukkan tingkat kematian yang lebih rendah dalam wabah sebelumnya daripada Ebola Zaire. Menurut WHO, Ebola Zaire adalah jenis yang menewaskan hampir 2.300 orang dalam epidemi 2018-2020 di Republik Demokratik Kongo.
"Pakar kami sudah bekerja di lapangan dengan tim pengendalian Ebola yang berpengalaman di Uganda untuk memperkuat pengawasan, diagnosis, pengobatan, dan tindakan pencegahan,” kata Direktur Darurat Regional WHO untuk Afrika, Abdou Salam Gueye.
Uganda yang berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo (DRC) telah mengalami beberapa wabah Ebola di masa lalu. Kasus paling baru terjadi pada 2019, ketika setidaknya lima orang meninggal. DRC bulan lalu mencatat kasus baru di wilayah timur, kurang dari enam minggu setelah epidemi di barat laut negara itu dinyatakan berakhir.
Tingkat kematian akibat Ebola biasanya tinggi, berkisar hingga 90 persen. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi pada 1976 di DRC. Inang virus ini berasal dari kelelawar. Wabah Ebola memicu serangkaian epidemi di Afrika yang menewaskan sekitar 15 ribu orang.
Penularan Ebola pada manusia terjadi melalui cairan tubuh, dengan gejala utama demam, muntah, pendarahan dan diare.Wabah sulit dikendalikan, terutama di lingkungan perkotaan. Orang yang terinfeksi tidak menular sampai muncul gejala yaitu setelah masa inkubasi antara dua dan 21 hari.
Saat ini tidak ada obat berlisensi untuk mencegah atau mengobati Ebola. Berbagai obat eksperimental sedang dikembangkan dan ribuan orang telah di DRC dan beberapa negara tetangga telah divaksinasi.
Epidemi Ebola terburuk terjadi di Afrika Barat antara 2013 dan 2016 yang menewaskan lebih dari 11.300 orang. DRC telah mengalami sejumlah epidemi Ebola. Epidemi Ebola yang paling mematikan terjadi pada 2020 dan menewaskan 2.280 orang.