Selasa 27 Sep 2022 04:15 WIB

Studi: Tombol tidak Suka dan tidak Tertarik di YouTube tidak Berfungsi

Ini membuat rekomendasi video yang tidak disukai terus berdatangan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
 Aplikasi YouTube. Studi: Tombol tidak Suka dan tidak Tertarik di YouTube tidak Berfungsi
Foto: EPA-EFE/SASCHA STEINBACH
Aplikasi YouTube. Studi: Tombol tidak Suka dan tidak Tertarik di YouTube tidak Berfungsi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru oleh Mozilla menemukan tombol “Tidak Suka” dan “Tidak Tertarik” di YouTube tidak berfungsi. Ini membuat rekomendasi video yang tidak disukai atau tidak tertarik terus berdatangan di platform.

Peneliti Mozilla menggunakan data rekomendasi video lebih dari 20 ribu pengguna YouTube. Hasil studi menemukan tombol “Tidak Suka,” “Tidak Tertarik,” “Berhenti Merekomendasikan Saluran,” dan “Hapus dari Riwayat Tontonan” sebagian besar tidak efektif untuk mencegah konten serupa direkomendasikan.

Baca Juga

Untuk mengumpulkan data dari video dan pengguna, peneliti Mozilla meminta sukarelawan yang menggunakan RegretsReporter yayasan, ekstensi browser yang melapisi tombol “berhenti merekomendasikan" ke video YouTube yang dilihat. Di bagian belakang, pengguna secara acak diberi grup sehingga sinyal yang berbeda dikirim ke YouTube setiap kali mereka mengklik tombol yang ditempatkan oleh Mozilla terdiri dari tidak suka, tidak tertarik, tidak merekomendasikan saluran, hapus dari riwayat, dan grup kontrol untuk siapa tidak ada umpan balik yang dikirim ke platform.

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari lebih dari 500 juta video yang direkomendasikan, asisten peneliti membuat lebih dari 44 ribu pasang video. Satu video yang “ditolak” ditambah satu video yang kemudian direkomendasikan oleh YouTube. Kemudian peneliti menilai pasangan itu atau menggunakan pembelajaran mesin untuk memutuskan apakah rekomendasi tersebut terlalu mirip dengan video yang ditolak pengguna.

Pengiriman sinyal "Tidak Suka" dan "Tidak Tertarik" sedikit efektif dalam mencegah rekomendasi buruk dengan masing-masing mencegah 12 persen dari 11 persen rekomendasi buruk. Tombol "Jangan Rekomendasikan Saluran" dan "Hapus dari Riwayat" sedikit lebih efektif dengan mencegah 43 persen dan 29 persen rekomendasi buruk. Namun, peneliti mengatakan alat yang ditawarkan oleh platform masih tidak memadai untuk menjauhkan konten yang tidak diinginkan.

“YouTube harus menghormati umpan balik yang dibagikan pengguna tentang pengalaman mereka, memperlakukannya sebagai sinyal yang berarti tentang bagaimana orang ingin menghabiskan waktu mereka di platform,” tulis para peneliti, dilansir The Verge, Senin (26/9/2022).

Juru bicara YouTube Elena Hernandez mengatakan perilaku ini disengaja karena platform tidak mencoba memblokir semua konten yang terkait dengan suatu topik. Namun, Hernandez mengkritik studi tersebut dengan mengatakan itu tidak mempertimbangkan bagaimana kontrol YouTube dirancang.

“Yang penting, kontrol kami tidak menyaring seluruh topik atau sudut pandang karena ini dapat memiliki efek negatif bagi pengguna. Kami menyambut baik penelitian akademis di platform kami. Oleh karena itu, kami memperluas akses API Data melalui Program Peneliti YouTube kami. Laporan Mozilla tidak memperhitungkan bagaimana sebenarnya sistem kami bekerja,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement